Aku dan Bu Suti

Aku dan Bu Suti
Sudah tak terhitung berapa kali aku dan Bu Suti melakukan hubungan layaknya suami istri. Sudah lebih dari satu tahun, kita bercumbu dan saling memberi kepuasan. Dari Bu Suti, aku tahu bahwa suaminya sudah lebih dari 2 tahun tidak bisa memberinya kepuasaan. Akibat dari suaminya yang sudah tua dan sering pulang sore dengan keadaan yang lelah setelah bekerja sebagai kuli. Maka dari itu, diusianya yang sudah tua yang kini sudah 49 tahun ia masih begitu liar bersetubuh.

Seringkali Bu Suti memintaku supaya setiap kali ngentot, ia ingin di atas (WOT) dulu. Aku tak pernah menolak walaupun dengan posisi itu ia sering kelelahan dan orgasme. Tapi perlahan dan tanpa paksaan aku setubuhi ia dalam posisi berbaring miring, kadang telentang, kadang tengkurap, dan kadang kalau Bu Suti masih kuat ada sisa-sisa tenaga bisa bervariasi sampai ke dogystyle. Dan walaupun Bu Suti kelelahan ia selalu bersedia memberikan tubuhnya untuk aku nikmati sampai aku mencapai orgasme dan puas.

Memang, aku kecewa karena setelah aku duduk di kelas 3 SMP hubungan ngentotku dengan Bu Suti menjadi sulit terealisasi. Sebab, sekolahku masuk pagi. Tak ayal, aku seringkali sakit kepala menahan birahi yang membuat pusing bukan kepalang. Namun, pada suatu hari ketika aku sudah di caturwulan 3 (maklum dulu masih caturwulan bukan semester) yaitu caturwulan terakhir keluargaku mendapat jatah liburan ke Pangandaran. Aku menolak ikut dengan alasan mau ikut pelatihan untuk persiapan ujian dan banyak tugas yang mesti dipenuhi sebagai syarat kelulusan.

Akhirnya keluarga membolehkan aku tinggal di rumah. Aku pun menyarankan kepada ibuku, untuk urusan makan, biar Bu Suti yang menyiapkan untukku dan mengurusku selama keluarga berlibur. Ibuku setuju tanpa banyak bertanya ini itu. Sebab, nenekku yang biasa diandalkan jika keluarga bepergian kini ikut berlibur ke Pangandaran menggantikan jatahku. Sungguh senang hatiku. Artinya aku punya kesempatan untuk ngentot lagi dengan Bu Suti. Hari jumat pukul 7 malam keluargaku berangkat. Sambil bersantai di kursi dan nonton televisi, aku membayangkan ngentot dengan Bu Suti lagi. Teringat kembali kenangan-kenangan ngentotku yang liar bersamanya. Sungguh menjadi kenangan yang indah.

Sekitar pukul setengah 8, Bu Suti masuk ke rumahku. Dag dig dug jantungku. Bingung memulainya tapi aku pun sudah kebelet ingin segera ngentot. “dek puji sama mama sudah dibuatkan makan malam?” tanyanya.

“belum, bu. Mama gak sempet masak soalnya sedari siang mama ribet ngurus perlengkapan dan barang yang akan dibawa berlibur untuk keluarga.” jawabku.
“oh yaudah, biar ibu yang masakin buat kamu. Tadi sebelum berangkat mama ke rumah ibu memberikan uang untuk keperluan kamu selama mama berlibur.”ujarnya penuh perhatian.
“asik dimasakin Bu Suti. Bikin nasi goreng udang aja, bu. Itu di lemari es ada persediaan udang.” pintaku pada Bu Suti.
“iya, boleh. Tapi tunggu bentar ya. Ibu mau ke rumah dulu ijin sama suami takut nyariin.” jawabnya sambil beranjak ke luar rumah ketika aku menganggukan kepala pertanda mengiayakan.

Sambil menunggu Bu Suti, aku bersantai kembali di kursi sambil tiduran. Aku masih bingung, bagaimana caranya memulai persetubuhan yang sudah lebih dari 9 bulan tidak aku lakukan bersama Bu Suti. Semakin berpikir, semakin sakit kepalaku. Padahal birahiku sudah tak dapat aku bendung lagi. Tanpa menunggu lama, Bu Suti telah kembali. Dalam keadaan bingung, aku hanya bengong ketika Bu Suti melintas dihadapanku menuju dapur. Antara birahi dan kebingungan memulai akhirnya aku beranikan diri beranjak dari kursi menuju dapur.

Tampak Bu Suti tengah menyiapkan bahan-bahan masakan. Akibat nafsu yang besar, tanpa banyak cakap aku peluk tubuh Bu Suti sambil mengesek-gesekan kontolku pada pantatnya yang bahenol. Sambil mencium dan menjilati lehernya, kedua telapak tanganku pun bergerilia pada kedua susunya yang kecil dan kendor. Susu 32B dengan puting sebesar kelingking itu selalu aku ingat.

“sssshhh dek, ibu udah gak bisa begituan. ibu udah menopause sssshhhhhh.” ucapnya sambil mendesah pelan tanpa menghindari tindakanku yang penuh nafsu.
“emang kenapa kalau menopause?” tanyaku polos sambil terus bergerilya di tubuhnya karena memang tidak tahu dan baru mendengar kata asing tersebut.
“ibu udah gak menstruasi jadi memek ibu udah kering!” jawabnya sambil diselingi desah karena terbawa nafsu birahi. “oh itu, nanti pakai ludah aja, bu!” saranku sambil terus bergerilya.
“gak bisa, ludah gampang kering. Memek ibu pasti perih kalau dimasukin kontol kamu” sergahnya masih disertai desahan pelan.

Dengan kecewa, aku beranjak pergi dari dapur. Aku tak bisa memaksa Bu Suti untuk melakukan persetubuhan. Karena aku tidak mau menyakitinya. Ketika aku hendak duduk, aku melihat ada baby oil di dalam perlengkapan mandi adikku.

Rupanya ibu lupa membawanya. Dengan secepat kilat, aku ambil dan segera menuju dapur.

“bu, ada ini! Nah, kalau pakai ini pasti licin dan ibu gak akan merasa perih memeknya!” ucapku sambil menunjukan botol baby oil.

Bu Suti mengangguk menandakan bahwa ia setuju dengan inginku. Maka, aku segera menghampirinya dan kembali bergerilya ditubuh Bu Suti yang sedang sibuk mengiris bahan masakan. Sampai akhirnya Bu Suti terbawa bernafsu kembali. Dengan secepat kilat ia membalikan badan dan langsung menyosor bibirku sambil tangannya meremas rambut serta kepalaku. Aku tak tinggal diam, aku balas ciumannya sampai lidah kami saling hisap, saling jilat, saling lilit dan bertukaran air liur.

Sambil berciuman dan saling remas, aku tuntun tubuh Bu Suti menuju meja makan. Aku tarik kursi, aku dudukan ia. Terlihat mata Bu Suti begitu sayu karena terbakar nafsu birahi. Aku naikan daster hijau dengan belalahan dada rendah milik Bu Suti sampai ke perutnya. Aku Turunkan perlahan celana dalam berwarna hitam yang ia kenakan. Tampak bulu hitam memeknya. Segera aku arahkan kepalaku untuk melakukan jilatan dan hisapan pada liang memeknya sampai ke klitorisnya.

Aku kenyot-kenyot itilnya. Terdengar desahan dan erangan saat lidahku dengan lincah menari-nari pada memeknya.

“emmmmhhhh aaaahhhh ahhhhhhh ouuuuhhhhhh ssssshhhh.” desahnya membuat suasana menjadi semakin mesum.
“bagaimana bu, masih enak?” tanyaku disela-sela kesibukan menjilat dan mengenyot-ngenyot memeknya.
“aaaahhhhhhh ssshhhhh iiyyaaaa deeek eeeennaaakkk baangeeett!” jawabnya sambil meracau dengan erangan nikmat.

Aku terus lakukan aktivitas lidahku di memeknya. Terlihat ia semakin bernafsu, wajahnya memerah, dan matanya semakin mengecil sehingga terlihat warna putih matanya saja sambil tangannya meremas-remas susunya sendiri. Maka, aku bantu ia menelanjangi dirinya sampai tak ada sehelai benangpun melekat pada tubuhnya. Setelah telanjang bulat, aku jilat dan kenyot- kenyot kedua susu kecilnya dengan penuh nafsu. Ia tampak begitu menikmati ulahku. Perlahan kepalaku mulai terbenam kembali pada memeknya.

Aku jilat, aku hisap, aku kenyot liang memeknya sampai pada itilnya. Bu Suti tampak menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat. Rupanya, menopause membuat dinding memeknya menjadi semakin tebal dan memang kering memeknya. Beruntung, ludahku cukup banyak sehingga memeknya menjadi basah.

“oouuuuuhhhhhh ssshhhhhh deeekkk maaassssuuuukkkiiiiiiinnnn meeeemmmeeekkk uuddddaaaahhh gaaatttt eeeellll!” rintihnya disertai desahan penuh gairah.

Aku menuruti kemauannya, aku tak mau menyiksanya dengan ulahku. Maka aku lebarkan kakinya. Tapi Bu Suti menolak. Ia meminta untuk duduk di atasku. Maka setelah membaluri kontolku dengan baby oil cukup banyak, Bu Suti mulai menurunkan pantatnya dan membimbing kontolku supaya bisa masuk ke dalam memeknya. Dengan perlahan dan hati-hati akhirnya kontolku terbenam dalam di memeknya.

Bu Suti terdiam sejenak supaya kontolku bisa menyesuaikan diri dengan memeknya. Ketika kontolku sudah bisa beradaptasi, Bu Suti mulai menggoyang memutar serta menaik turunkan pantatnya. Terasa nikmat, kontolku bagai ada yang mengurut-urut. Membuat kami saling mendesah, mengerang, dan melenguh akibat nikmat yang tak terhingga.

“ooooouuuuuhhhh aaaaaahhhhh aaaahhhhh sssssshhhhh eeeeemmmmhhhh.” desahnya sambil terus menggoyang dan menaik turunkan pantatnya pada pangkuanku.

Tangan kananku, aku gunakan untuk memilin puting dan meremas-remas susunya secara bergantian. Sedang tangan kiriku yang sudah aku beri baby oil aku arahkan ke liang duburnya. Bu Suti tidak menolak ketika jari tangan kiriku menjamah liang duburnya.

“eeeeeemmmmhhhh deeeekkkk ssssshhhhhh eeeennnaaaakkkk aaaaahhhhhhh.” desahnya merasakan sensasi dari kontol dan jari tengahku pada memek dan duburnya.

Sampai akhirnya, Bu Suti melenguh cukup lama. Badannya meliuk-liuk dan bergetar. Sedangkan liang memeknya berkedut-kedut pertanda bahwa ia mencapai orgasme.

“auuuuuuhhhhh oooooouuuuuwwwww ssssssshhhh keeeelllluuuaaaaarrrr!” lenguhnya cukup panjang sambil sesekali menghentak- hentakan pinggulnya.

Bu Suti menikmati sisa-sisa orgasmenya sambil melingkarkan tangannya pada pundakku. Dengan posisi demikian, bau keringat penuh birahinya menusuk hidungku. Sungguh baunya membuatku mabuk kepayang. Setelah nafas ngos-ngosan Bu Suti agak mereda, aku bimbing ia menuju tempat cucian piring. Aku arahkan tangannya supaya bertumpu pada pinggir bak cuci. Aku kangkangkan kakinya. Dan setelah menambah baby oil pada kontolku, aku mulai masukan kontolku pada liang memeknya. Dengan perlahan aku mulai maju mundurkan kontolku pada liang memeknya yang setengah menungging.

“aaaahhhhh oooouuuuuuhhhh ssssshhhhh heeeemmmmmm.” desahnya kembali membahana. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan mengocok dengan memaju mundurkan kontolku dengan cepat.

Jari tengah tangan kiriku yang basah oleh baby oil mulai aku arahkan kembali menuju duburnya. Perlahan-lahan mulai aku tusukkan jari tengahku pada duburnya.

“emmmmmhhhhh sssshhhhh deeeeekkkk eeemmmhhhhh peeeerrrriiiihhhh.” erangnya yang bercampur dengan desahan.

Aku diamkan jari tengahku yang sudah masuk setengah di dalam liang duburnya. Dengan tangan kanan aku raih botol baby oil dan kemudian mengucurkannya pada duburnya. Perlahan, jari tengahku mulai sedikit mudah masuk lebih dalam. Tersentuh daging-daging kenyal di dalam liang duburnya. Sungguh nikmat sekali. Bu Suti semakin mendesah serta mengerang- erang mendapat perlakuan jari tengah tangan kiriku pada liang duburnya dan kontolku yang semakin lincah pada liang memeknya karena cairan baby oil yang mengucur dari duburnya. Sampai akhirnya, aku sudah tak tahan lagi menahan geli serta gatal pada kepala kontolku. Dengan gerakan cepat aku kocok memeknya dengan kontolku.

“bbuuuuuu aku keluaaaarrr aaaahhh!” lenguhanku yang disambut lenguhan panjang Bu Suti yang mencapai orgasmenya lagi. “ooouuuuuuuuhhhh ssssshhhh aaaaahhh iibbbuuuu juugggaaaaa heeeemmmm aaaaaaahhhh eeennnaaaakkkk!” lenguhnya panjang.

Setelah usai bersetubuh, aku dan Bu Suti sama- sama masuk kamar mandi membersihkan diri. Kemudian aku beranjak menuju kursi tempatku menonton televisi. Hampir 15 menit, nasi goreng udang pesananku selesai dibuatkan oleh Bu Suti. Ketika aku hendak makan di meja makan, aku ajak Bu Suti makan bersama. Tetapi Bu Suti menolak karena sebelumnya sudah makan di rumah bersama suami dan kedua cucunya. Maka Bu Suti memilih pamit pulang. Aku mengangguk mengiyakan sambil memberikan kecupan pada bibir dan keningnya.

Tak lupa aku ucapkan banyak terima kasih atas segala pelayanannya. Bu Suti berjanji akan kembali besok pagi-pagi sekali. Namun aku katakan padanya jangan terlalu pagi sebab, besok hari sabtu sekolahku libur untuk siswa kelas 3 untuk mempersiapkan diri ikut pra ujian. Setelah mendapat informasi demikian ia pun mengerti dan mohon diri. Ketika berjalan ke luar dapur untuk pulang, aku lihat Bu Suti berjalan agak gemetar. Mungkin ia lemas setelah dua kali mendapat orgasme.

Besoknya, aku bangun agak siang. Sekitar pukul 8 pagi. Aku segera membuka kunci rumah kemudian beranjak mandi. Selesai mandi, ketika aku ke luar kamar mandi tampak Bu Suti tengah membuatkanku sarapan. Dengan perasaan riang, aku sibak rambut sepunggung Bu Suti kemudian aku ciumi tengkuk dan pundaknya. Bu Suti tersenyum ketika membalikan badannya. Aku sosor bibirnya dan kami pun berciuman dengan saling rangkul dan peluk.

“emhhhh sudah pakai baju dulu. Sarapan dulu.” ujarnya sambil tersenyum penuh perhatian.
“yah ibu, aku pengen nih bu!” jawabku sambil meremas-remas susu kecil yang sudah kendor miliknya.
“yaudah deh, mumpung lagi sepi. Jangan lupa baby oilnya.” ujarnya.

Dengan masih berbalut handuk aku mengambil baby oil dan menunjukan padanya. Bu Suti tersenyum penuh arti. Maka aku tuntun tangannya meninggalkan dapur menuju kamar tidurku. Di dalam kamar, aku mulai serang bibirnya. Kami pun berciuman dengan liar. Em nikmatnya. Tanganku mulai membuka kancing daster warna putih yang di kenakan Bu Suti. Sampai akhirnya daster putih itu kandas dari tubuhnya sehingga terlihat kutang cream dan celana dalam berwarna merah yang dikenakannya.

” wow, ibu seksi sekali!” bisikku memujinya.

Ia tersenyum membalas ucapanku. Kami kembali berciuman dengan penuh birahi. Lidah kami kembali saling lilit, saling jilat, saling hisap dan saling menukar air liur. emm sungguh nikmat rasanya. Aku buka kutang creamnya dan mulai meremas serta memilin puting susunya yang sebesar kelingking. Sedangkan tanganku yang lain meremas-remas pantat bahenolnya dengan gemas. Bu Suti melepaskan ciumannya dan mendesah-desah seperti orang makan sambal. Sungguh menggairahkan sekali. Sehingga, mulutku yang menganggur aku gunakan untuk menjilat susu dan mengenyot puting susunya yang menggairahkan. Tanganku mulai aku mainkan menggosok memeknya yang masih dibalut celana dalam merahnya.

“aaaaahhhh ssssshhhhh heeeemmmmm.” desahnya membuat suasana semakin panas.

Aku buka handukku sedangkan ia membuka celana dalam merahnya sehingga kami sama- sama bugil. Aku rebahkan badanku di kasur. Aku bimbing Bu Suti untuk melakukan 69. Awalnya ia tidak mengerti namun setelah aku jelaskan ia pun paham dan mulai naik di atasku dengan memeknya yang sudah berada tepat di wajahku. Dengan rakus aku lahap memeknya, aku sedot- sedot itilnya. Bu Suti pun tak hanya mengocok kontolku dengan tangannya tapi ia mulai mengulum kontolku pada mulutnya.

Sungguh sensasi 69 yang aku lihat di film bokef emang mantap. Nikmat rasanya. Aku semakin liar melakukan kenyotan, jilatan serta hisapan pada seluruh permukaan memek, liang memek, dan itilnya. Begitupun Bu Suti yang mengulum lebih bervariasi dengan menjilat dan mengenyot kepala dan batang kontolku. Kontolku ia jilat dan hisap dari kepala sampai ke biji pelerku. Rasanya sungguh luar biasa, walaupun ketika kepala Bu Suti naik turun saat mengulum kontolku masih sering kena gigi yang mengakibatkan rasa ngilu pada kontolku. Memang, selama berhubungan dengan Bu Suti bisa di hitung berapa kali ia mengoral kontolku. Sebab, kerapkali Bu Suti gatel memeknya dan memintaku segera memasukan kontol pada memeknya.

“emmmmhhhh sssshhhhh aaaaahhhh maaaassssuuukkkiiiiinnn deeeeekkk!” pintanya sambil mendesah yang terdegar begitu sensual.

Aku pun meminta supaya aku di atasnya. Ia pun setuju dan mulai berbaring telentang membuka kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa memasukan kontolku. Setelah memberi pelumas (baby oil) yang cukup banyak pada kontolku dengan perlahan aku masukan kontolku pada liang memeknya. Secara perlahan kontolku mulai masuk melewati gerbang memeknya, perlahan lebih dalam dan lebih dalam lagi. Aku memaju mundurkan kontolku denga perlahan. plok plok plok, suara yang khas itu menggema di ruang kamarku. Aku remas-remas susu kecil nan kendor itu secara bergantian. Aku pun memilin dengan gemas puting sebesar kelingking yang bergelayutan.

Bu Suti yang sudah sangat birahi kemudian menarik kepalaku dan mencium bibirku. kami pun saling pagut, saling jilat, saling hisap, saling kenyot. Liur kami saling bertukar. Mulutnya sesekali menganga saat sedang berciuman untuk mengeluarkan desah atau erangan. Semakin lama, kocokan kontolku semakin kencang dan cepat. Sampai akhirnya badan Bu Suti melengkung-lengkung. Erangan dan desahannya semakin menggema dan panjang. Badannya bergetar dengan wajah memerah. Memeknya berkedut-kedut.

“aaaaaaahhhhhh ssssshhhhhhhhhh.” lenguhnya ketika mendapat orgasme.

Aku hentikan gerakanku. Aku sedot kuat-kuat susunya yang kendor sambil lidahku menjepit kuat-kuat puting susunya di mulutku. Bu Suti mencengkram kepalaku begitu kuat dengan kedua tangannya merasakan orgasmenya yang dahsyat. Ketika orgamsenya mereda, aku pinta Bu Suti untuk posisi dogystyle. Ia menuruti kemauanku sambil mengambil posisi nungging di atas kasurku. Aku mulai mengucurkan baby oil pada duburnya. Dengan perlahan dan hati-hati aku mulai tusuk liang duburnya dengan jari tengahku. Bu Suti mengerang mungkin terasa pedas di liang duburnya. Namun ia tidak berontak dan mencegah perbuatanku.

Sampai akhirnya jari tengahku amblas semuanya di liang duburnya. Perlahan aku kembali mengucurkan baby oil pada duburnya. Setelah baby oil itu cukup banyak, aku mulai masukan jari telunjukku berbarengan dengan jari tengahku. Bu Suti kembali mengerang. Dengan perlahan aku kocok pelan supaya tidak terlalu terasa pedih. Bu Suti mengerang dan mendesah ketika kedua jariku mengocok-ngocok liang duburnya. Liang duburnya kini telah menyesuaikan diri dengan kedua jariku.

Aku lumasi kontolku dengan baby oil cukup banyak dan mulai mengarahkannya pada liang duburnya. Tampak Bu Suti kaget ketika kepala kontolku telah masuk secara perlahan pada liang duburnya. Namun, dengan gerakanku yang perlahan ia mulai lebih santai. Sedikit demi sedikit kontolku semakin dalam memasuki liang duburnya. Kontolku merasakan sensasi luar biasa nikmat. Kontolku tercengkram kuat otot duburnya.

Aku mulai melenguh merasakan kenikmatan yang baru. Rasanya nikmat sekali walau memang agak sakit sedikit sebab, kontolku seperti terjepit di dalam duburnya. Perlahan-lahan liang duburnya telah beradaptasi dan mulai menerima kehadiran kontolku. Maka dengan menambahkan lagi baby oil membuat aku menjadi lebih leluasa memaju mundurkan kontolku.

Memang fantasy untuk ngentot dubur muncul ketika aku dan kawan-kawan sekolahku menonton bokef yang memasukan kontol secara bergantian pada memek dan dubur. Akibat tontonan itu, muncul keinginan untuk mencobanya. Sampai akhirnya dapat terealisasikan. Dan memang luar biasa sensasinya. Kini kocokan dalam duburnya aku naikan temponya dengan lebih cepat. Desah dan erangan Bu Suti sambil menahan perih terdengar menggema di seluruh ruangan kamarku.

“aaaaahhhhhh sssshhhhhh aaaauuuuuuwwwww sssshhhhhh.” desah dan erangan Bu Suti merasakan sensasi baru yang aku berikan.

Cukup lama aku mengentot duburnya, Bu Suti tiba-tiba mengejang-ngejang sambil melenguh panjang. Aku baru tahu kalau dengan cara mengentot liang dubur pun ternyata dapat membuat orgasme. Duburnya ikut berkedut-kedut dan mencengkram kuat-kuat kontolku. Sehingga aku pun merasakan sensasi gatal dan geli menggelitik kontolku. Hingga aku kembali mempercepat gerakanku untuk memburu orgasme.

“ooooouuuuuwwwwwhhhh aaaaaaaaaahhhhh sssshhhhhhhhhh.” lenguhan Bu Suti yang dilanda orgasme.
“aaaaaaaahhhhhhh ooooouuuuhhhhh!” lenguhanku sambil memuncratkan sperma sebanyak-banyaknya dalam dubur Bu Suti.

Usai sperma terkuras habis, aku cabut perlahan kontolku ke luar dari duburnya. Terlihat cairan spermaku mengalir dari liang duburnya begitu banyaknya. Aku merasakan badanku cukup lemas sehingga aku baringkan tubuhku di samping Bu Suti. Kemudian ia berbalik badan mengarahku. Seperti yang pernah ia lakukan dahulu, ia menciumi pipi dan wajahku. Aku tersenyum dan balas mengecup bibirnya sambil merasakan pegal dan agak ngilu di kontolku akibat ngentot duburnya. Tiba-tiba, telephone rumahku berdering. Aku segera bangkit untuk mengangkat telephone. Rupanya temanku Dendy yang telphone. Ia menelphone sebab, aku tidak masuk sekolah. Sungguh perhatian sekali kawan dekatku ini.

Ketika asik berbincang di telphone dengan kawanku, Bu Suti kemudian ke luar dari kamar. Ketika melintas di belakangku, ia berbisik, “pinjam handuknya ya dek, ibu mau mandi dulu. Ini sprei kasurnya basah biar ibu cuciin sekalian.

” Aku menggangguk mengiyakan. Bu Suti kemudian berlalu meninggalkanku yang masih asik berbincang dengan kawanku.

Setelah menutup telphone, aku segera ke kamar mandi. Pintunya tidak di kunci oleh Bu Suti. Segera aku buka dan masuk. Bu Suti sedang menyabuni tubuhnya. Seksi sekali.

“bu, nanti kawanku Dendy akan menginap di sini.” ujarku memberitahukan pada Bu Suti.
“oh iya, gampang nanti ibu masakin buat kalian berdua.” jawabnya santai sambil menggosok- gosok badannya.
“kayaknya enak bu jika begituan bertiga.” kataku sambil nyengir.
“ah kamu, aneh-aneh aja. Begituan sama kamu aja ibu udah kewalahan apalagi ditambah satu lagi.” jawabnya sambil ikut-ikutan nyengir.
“ya kita coba aja ya bu. Kalau gak malam ini, mungkin besok pagi!” pintaku dengan sungguh- sungguh.
“gimana nanti ajak dek. Jika ibu udah gak lemes.” jawabnya sambil geleng-geleng kepala.

Senangnya hatiku walaupun belum mendapat kepastian dari Bu Suti. Setelah mencuci tangan dan kelamin, aku segera ke luar kamar mandi untuk sarapan. Perut lumayan keroncongan setelah melakukan kegiatan mengentot yang banyak makan energi.

Tante Baik Deh

Tante Baik Deh
Perkenalkanlah pembaca, nama saya Andi 22 tahun. Kejadian ini sebenarnya telah terjadi setahun yang lalu, dimana waktu itu saya sedang kerja praktek di sebuah perusahaan swasta. Waktu itu saya masih duduk di bangku kuliah di suatu universitas di Jogja, pada semester 7 saya harus melakukan magang / kerja praktek di sebuah perusahaan, kebetulan saya mendapat tempat di perusahaan swasta terkenal di jakarta selatan. Wah, kalau saya tinggal disana, biaya hidup pasti tinggi, belum biaya kost, buat makan sehari – hari dan buat yang lain. Maka dari itu, karena saya punya tante yang tinggal di Jakarta, tepatnya di daerah Cilandak, maka saya memutuskan untuk sementara waktu tinggal di tempat itu.

Tanteku bernama tante Silvi, usianya baru 25 tahun, belum lama menikah. Tetapi karena suaminya yang bekerja di perusahaan pertambangan sering mendapat proyek di luar kota, sampai sekarang tanteku ini belum mendapat momongan. Karena saking sibuknya suaminya itu, terkadang sampai 2 minggu bahkan 1 bulan dihabiskan di luar kota. Tante silvi
sebenarnya ingin ikut bareng suaminya kalau pas lagi ke luar kota, tapi karena tante Silvi juga seorang wanita karir yang bekerja di bank swasta, maka diurungkannya niatnya itu untuk menjaadi ibu rumah tangga saja, sehingga bisa sering ikut dengan suami kemanapun pergi.

Tanteku Silvi orangnya manis, dibilang cantik enggak juga tetapi dibilang jelek ya enggak juga. Wajahnya bulat oriental, punya lesung pipi dan mata yang indah dengan tinggi badanya 160 cm dan rambut lurus seperti bintang iklan shampoo saja, sehingga melihatnya berkali-kalipun tidak bakal bosan. Bodinya itu yang aduhai, mungkin karena belum pernah punya anak ya.. jadi kelihatannya masih bodi perawan..

Rencananya aku akan mendapat kerja praktek selama 2 bulan, maka dalam 2 bulan itu aku meminta izin ke tante Silvi untuk sementara waktu bisa tinggal di rumahnya yang kebetulan juga tidak jauh dari lokasi tempat kerja praktekku. Pertama kali datang ke rumah tante Silvi, suaminya akan pergi ke kalimantan untuk menyelesaikan proyek tambangnya selama 2 bulan, dengan wajah yang sedih, tante Silvi melepas kepergian sang suami untuk sementara waktu. Suaminya bilang,

“Tenang sajaa ma, kan ada dek Andi yang mau tinggal disini.. ga perlu takut kan ?? jadi ada yang bisa nemenin gitu”

Tante silvi cuma mengangguk. Rumah tante Silvi lumayan bagus, ada 2 lantai dan punya beberapa kamar. Tetapi sayangnya pembantunya baru-baru ini pulang kampung sehingga belum ada pembantu penggantinya. Aku dipersilahkan untuk tidur di kamar dekat dengan kamar tante Silvi yang ada di ruang tengah. Kelihatannya sepiii banget rumah ini, jadi aku pikir aku mesti bikin suasana rumah bisa menjadi agak rame.. biar rumah ini gak kayak kuburan saja.

Seminggu pertama, sepertinya suasana masih biasa-biasa saja, walaupun pas lagi di rumah aku sering nyetel music, nyetel film, ato maen gitar biar nambah rame.. Tapi karena kesibukan tante Silvi sehingga pas pulang kantor langsung makan lalu tidur, ato cuman nonton TV saja terus langsung tidur, Aku jadi kurang akrab dan merasa ga enak saja. Tinggal di rumah cuman berdua, tapi sedikit ngobrolnya… Hari jum’at, di akhir pekan aku pulang agak malam. Waktu sampai di rumah, kebetulan tante Silvi juga baru nyampe depan rumah, aku langsung bukain pintu gerbang agar tante silvi bisa langsung masukin mobilnya ke garasi.

Hari itu kayaknya tanteku ini lagi suntuk banget, muka sepertinya pucat. Aku langsung berinisiatif buat bikinin teh manis hangat buat tanteku ini, pas tante masuk rumah langsung ia senderan di sofa panjang sambil nyalain TV. Aku datang dan langsung nawarin teh yang aku bikin tadi dan tante silvi langsung meminumnya. Ga lama aku pun ngobrol dengan tante, ga seperti biasanya tante kayak gini.. Jawab tante cuman kecapekan saja. trus aku ngobrol tentang praktek kerjaku di perusahaan itu lumayan, orang – orangnya enak. Sambil nonton TV aku dan tante silvi ngobrol kesana kemari, kasihan juga ya tanteku ini udah nikah tapi serasa hidup sendiri saja..

Ga berapa lama, tukang nasi goreng lewat, dan aku yang emang udah laper dari tadi langsung beli dan juga beliin tante yang juga belum makan malam. Sehabis makan, aku langsung mandi. Aku liat tante masih lemes banget, makannya juga ga habis dan langsung ketiduran di sofa. Aku berusaha bangunun tanteku agar segera pindah saja ke kamarnya karena di luar dingin dan banyak nyamuk, tapi karena sudah capek jadi ga bisa dibangunin. Setelah 1 jam, aku berpikir-pikir bat mindahin tante ke kamarnya, tapi ga enak.. trus karena kasihan juga, tanpa pikir panjang langsung kuangkat tante dipindahin ke kamarnya.

Sewwaktu aku mau meletakkan tante ke tempat tidur, tanteku terbangun dan senyum ke aku, trus bilang

“tante tidur di sofa juga gapapa, udah biasa”. Trus aku bilang
“lebih baik di dalam saja tante, kan di luar dingin, banyak nyamuk lagi.. ” tante trus bilang makasih ke aku.
“Oh ya, Ndi, kamu lagi mau ngapain ga ? kayaknya badan tante pegel-pegel nih.. mau ga mijitin kaki tante sebentar..?” tanya tante Silvi.
“Hmm,… ya gapapa deh tante, aku belum mau tidur koq..!” Jawabku.

Ga lama kemudian aku keluar dari kamar tante, karena tante akan mandi dulu biar agak segeran dikit. Trus ga lama kemudian aku dipanggil ke kamar tante, aku liat tante make piyama yang udah siap untuk tidur, tapi sebelum
tidur aku disuruh mijitin bahu, tangan, dan kaki tante.

“Ndi, tante tolong pijitin bentar ya.. Badan tante Pegel banget nih.., daripada manggil tukang urut, mending kamu aja deh gapapa..”. Aku langsung mijitin tangan tanteku dulu, tanggannya halus… ada bulu bulu halus yang numbuh di tangan, yang bikin aku jadi nafsu aja.

Kemudian aku mijitin bahunya, dengan posisi tanteku telungkup. Badan tanteku ini putih bersih dan wangiii banget, ga tau habis make sabun apa, kok wangi banget.. Tante merasa nyaman karena pijitanku ini enak.. sampai-sampai pas belum selesai mijitin kakinya, tanteku sudah tertidur. Aku langsung ngambilin selimut buat tante. Ga lama kemudian aku juga ngerasa ngantuk dan kembali ke kamarku lalu tidur.

Esok paginya aku bangun agak siangan ga seperti biasa, karena emang hari ini hari sabtu dan perusahaan emang libur. Tau-tau di meja makan sudah tersedia teh hangat dan bubur ayam. Pikirku,

“Wah, baek banget nih tante, pagi-pagi udah disiapin sarapan. ” Sehabis mandi, aku liat tante sudah nonton TV dan nungguin aku buat sarapan pagi bareng.

aku langsung diajakin sarapan pagi dan aku lihat tante silvi sudah seger.. dan ga keliatan capek lagi.

“Wah.. tanteku udah seger nih.. ” kataku.. Tante trus bilang makasih udah mijitin sampe-sampe ketiduran.

Sehabis sarapan aku dan tante ngobrol-ngobrol bareng sambil nonton TV lagi. Siangnya aku diajakin nemenin tante belanja di supermarket dekat rumah. Sehabis belanja banyak, tanteku tidur siang dan aku ke kamar buat mainan game di laptop yang biasa aku bawa. Ga lama maen game, bete juga pikirku. Trus aku cari aja film bokep koleksiku hasil dari download dan dapet dari temen-temen kampus. Ada yang indo, asia, sampe bule-bule. Kurang lebih sejam aku nonton sendirian pake headphone biar suaranya ga kedengeran kemana-mana, sampe burungku bolak-balik mengeras.

Hehehhe… Tau-tau tanteku masuk ke kamarku, katanya aku dari tadi dipanggil-panggil tapi ga ngejawab, jadi tanteku langsung masuk saja ke kamarku. Aduhh… ketahuan deh aku lagi nonton bokeps, tante langsung mendekat ke aku, dan bilang,

“kamu ya ndi, nonton sendirian aja.. bagi – bagi tante dong !! ” Aku agak ga enak, aku pikir tante mau marah ke aku, tapi habis itu, aku diminta buat nonton bareng saja di kamar tante.

Trus kami berdua nonton film bokep bareng di kamar tante yang lumayan besar. Ga lama nonton, tanteku lansung megang guling. Kayaknya tanteku ini udah teransang.. tingkahnya jadi aneh banget.. Aku jadi ga enak, sambil senyum-senyum aku nonton, trus tanteku yang ngelihatku langsung nyubit aku, kenapa senyum-senyum sendiri..

Lama nonton, udah sekitar 1 jam-an, tanteku rupanya sudah ga tahan.. trus nanya ke aku,

“Ndi, punyamu segede itu ga ? ” Aku jadi deg-degan, tau-tau tante nanya-nanya anuku.

Aku cuman senyum aja, tapi Mukaku jadi memerah.. trus tanteku bilang,

“Gapapa, jangan merah gitu dong mukanya, biasa aja.. Kan tante cuman nanya, tuh jadi tegang kan tititnya ? hihihi….” kata tante.
“Engga papa tante, kan malu kan masa’ diliatin tante..??” Jawabku.
“Yah, cemen.. ngeliat aja ga boleh apalagi gituan.. ?? Andi emang udah punya pacar blom sih ?? ” tanya tante
” ya udah do.. dooong tante ” jawabku gugup.

Trus tante balik ngejawab

“Belum punya pacar ya.. ?? masih perjaka dong !! hhiihii.. Apa kau mau liat punya tante dulu nih ??”.. tante langsung berdiri dan sambil ngangkat roknya, ngelepas celana dalemnya.

Trus ngeliatin semuanya ke aku..

“Nih punya tante.. masih bagus kan ??” jawab tante.

Aku jadi malu, tapi tetep aja aku liatin,.. Kesempatan kan ga dateng dua kali.. Memeknya keliatan merah dan agak basah, mungkin karena terangsang nonton film tadi. Jembutnya lumayan lebat tapi rapih, mungkin karena sering dicukur dan dirapihin kali. Aku gugup banget, baru kali ini liat punya cewe secara langsung.. aduh rasanya jantungku ini berdegub kencang !!. Kontolku jadi makin mengeras karena terangsang.. Ga lama langsung kupelorotin celana dan CD ku langsung sehingga tante Silvi ngelihat langsung kontolku yang sudah menegang kayak rudal.

“Nah gitu dong jangan malu-malu.. ga Gentel kalo masih malu-malu gitu.. Tititmu lumayan gede juga ya.. sama kaya punya suami tante.. hehehe.. bulunya ga pernah dicukur ya Ndi ?? Kok semrawut gitu ?? .. Aku pegang ya ndi” kata tante.
“Iiii ya tante,.. emang ga pernah aku cukur.. blom ada yang mau nyukurin sih tante.. Aku elus ya punya tante..” kataku, aku jadi ga gugup lagi.

Tanteku langsung membuka baju dan roknya, kemudian mbuka BHnya ..

“Aku jadi kagum ama tante, punya tante bagus ya.. aku mau jilatin nenennya ya..” Aku langsung saja ngejilatin abis nenenya gantian kiri dan kanan.. ukurannya lumayan gede, 36B.

Aku semakin terangsang karena tante silvi terus saja ngelus-elus batang kemaluanku. Sambil ngulum abis toketnya, tanganku ga henti-hentinya ngelus-elus memek tanteku yang emang alus banget, dan bulu-bulunya sering aku tarik-tarik..

“Jangan ditarik dong sayang, kan atit.. ” Kata tante. “tapi enak kan tante.. ” jawabku.

Kuubahkan posisiku, lalu aku jilatin memeknya yang kemerahan itu, trus aku tarik-tarik bulu jembut ya, aku buka belahan memeknya, ternyata itilnya gede juga, merah gitu. Langsung saja aku jilatin itilnya sampe sampe tante silvi menggelinjang keenakan. Ga lama kemudian aku masukin jari ku ke vaginanya. Kukocok -kocok sampe keluar airnya, Tanteku makin keenakan..

“Ochh… ohh..uhhhh…” Kemudian aku mainin itilnya pake lidah, kepalaku langsug dijepit pahanya, karena tanteku kegelian. ga lama kemudian,
“Tante mau pipis nih.. adhuuhhh… adhuuh..” kata tante.

Trus aku bilang saja

“ya pipis aja disini gapapa tante.. ” jawabku.
“Aahhhhh.. uuuhhhhh… enaaakkkk… nghhhhhhhh” suara tanteku yang mendesah-desah. trus tanteku pipis karena orgasme yangsangat amat..

karena keluar air banyak banget.. sampe netes-netes. Abis itu gantian, kontolku yang dikocok abis dan dikulum-kulum, ga berapa lama, cuma hanya 3 menit aku langsung ngecrot..

“Adhuhh tante .. kena muka tante deh.. maaf ya..” Tanteku senyum-senyum dan berterima kasih..

Ga lama kemudian HP tanteku bunyi, rupanya suaminya dari kalimantan nelfon. Aku buru-buru pake celana dan ke kamar mandi.

Selesai dari kamar mandi aku langsung duduk di depan sofa sambil nonton TV. Ga lama tante Silvi teriak dari kamar mau ambil handuk buat mandi “handuk putih tante dimana ya ? “. Rupanya dari tadi suaminya nelfonin. Mudah-mudahan saja ga terjadi nanya apa-apa deh.

“Oh di jemur di belakang tante.. aku ambilin apa ??” jawabku.

Tau-tau tante Silvi dengan masih telanjang bulat keluar dari kamarnya menuju belakang rumah. Aku heran ama tante, kok ga malu yaa, mungkin udah nanggung kali.. gapapa deh pikirku, lumayan ada pemandangan. heheheh… Tante langsung menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Malam pun berlalu, aku pun kemudian tidur. Demikian juga dengan tante Silvi juga tidur sehabis mandi.

Hari Minggu pagi, aku bangun dari tidur dan masih terbayang-bayang memek tanteku yang legit banget.. Waktu aku mau mandi, kran di kamar mandi rusak, jadi aku ketok-ketok pintu kamar tanteku buat numpang mandi. Tante Silvi cuman bilang saja langsung masuk karena ga dikunci. Aku langsung menuju

kamar mandi di dalam kamar tante Silvi. Belum lama aku mandi, tau-tau tante Silvi ketok-ketok pintu toilet,

“Ndi, buka bentar dong..” kata tante.

Aku yang lagi nanggung mandi langsung berhenti buka pintu sedikit sambil ngeluarin kepala doang, karena masih telanjang. Tante Silvi tiba-tiba aja masuk ke dalam dan bilang

“Tante kebelet pipis nih.. mau liat tante pipis ga ??, semalem tante tidur ga pake CD soalnya jadi udah kebelet pengen keluar jadi ga bisa ditahan.. daripada pipis di kasur, ntar kan repot..!!” jawab tante sambil ngebuka piyamanya langsung duduk di closet.
” Nih liat punya tante lagi pipis.. lucu yaa.. Itil tante gede ga sayang ??” canda tante.

Aku langsung terangsang.. kontolku langsung bangun, dan tante ngeliatin aja sampe pipisnya abis. Aku bener-bener deg-degan. Sesudah selesai pipis, tanteku langsung megang kedua tanganku, dan tanganku ditempelkannya ke memeknya.

“Ayo kita mandi bareng sayang.. ntar sekalian bulu jembut kamu tante rapihin.. kamu juga ntar gantian ya cukurin jembut tante.. kali ini tante pengen ga ada jembutnya.. yah.. yahh.. ” ajak tante. Langsung saja aku jawab “Iya tanteku sayang..”.

Aku ngelus-elus toket dan memek tante Silvi yang udah telanjang bulat, demikian juga tante Silvi ngocok-ngocok kontolku yang dari tadi sudah ngaceng. Setelah elus-elusan, tante ngambil alat cukur yang biasa buat nyukur jembutnya.

“Sayang, tante cukur ya.. mau model kayak gimana ?? kalo tante pengennya kamu, hmmmm.. dicukur abis aja yah sayang.. biar enak.. ntar punya tante dicukur abis juga.. OK ??” kata tante Silvi.
” iya deh apa aja tante.. yang penting enak buat gituan..” kataku..
“Looh.. kamu ngajakin tante gituan yaa ?? gituan apa hayoo ?? kamu pengen ML ama tante ya ?? nakal ya kamu sekarang… nanti saya sentil tititnya loohh..” canda tante.
“Hehehehe..” jawabku singkat.

Ga lama tante nyukurin abis jembutku yang tadinya gondrong, sekarang jadi alus ga ada bulunya sama sekali.

“sekarang gantian yah sayang.. Memek tante udah gatel nih udha pengen dicukur.. Cukurnya hati-hati ya.. jangan sampe punya tante lecet.. Kalo lecet ntar ga dapet jatah kamu..!!” ancam tante.
“Sebelum dicukur aku gesek-gesekin penisku ke itilnya tante yah.. biar ga kaget.. ” kontolku yang lagi ngaceng kutempelin ke itilnya tante Silvi, tante Silvi merem melek keenakan.
“Punya tante itilnya yang gede, dadi enak buat mainan nih.. “. akuku.

Trus aku langsung cukur jembut tante Silvi pelan pelan.. sesekali aku jilatin biar ga bosen.. tanteku kayaknya seneng banget.. sekarang memek tante udah ga ada bulunya sama sekali. Putih bersih dan aku bersihin pake sabun sirih, biar wangi.. jadinya memek tante silvi lucu, nongol itilnya dikit.. aku jadi makin terangsang saja. Abis itu aku dan tante silvi mandi bareng pake shower sambil ciuman pelukan sesekali aku kocok-kocok memek tante pake jari pas mandi.

“uhh.. enak banget tante.. romantis .. tante emang ga ada duanya ” akuku.

Jadinya aku mandi lama banget sampe ga kerasa lama banget. Abis mandi kami berdua keluar tanpa busana lanjutin ML di kasur kamar tante silvi. Langsung aku rebahin tante silvi, kemudian aku kangkangin kakinya, aku jilatin memeknya yang baru dicukur.. tante silvi mendesah-desah keenakan, kuremasremas toketnya sampe kenceng dua-duanya. Benar-benar pagi yang indah..

“Ayo dong masukin … masa cuma coli aja ??” ajak tante buru-buru. Rupanya tanteku ini udah gak tahan.

Aku langsung genjot.. masukin kontolku ke memek tante silvi. Rupanya masih keset.. baru separo panjang kontolku juga masih keset, trus aku masukin sampe abis.. goyangan tante silvi bagai goyang gergaji dewi persik sehingga bikin aku keenakan bagai di surga dunia. enak tante.. ahhh.. uhhh..aaghhh….plok.. plokk…. ga lama, tante sudah pengen keluar.. crtt..ccrtt.. ppsss… keluarlah air kenikmatan dari memek tante yang semakin berdenyut-denyut ngenyot kontolku..

“hangattt.. enakkk..” kata tante.

Aku ganti posisiku di bawah, tante silvi dengan goyangannya mengocok kontolku. Ga berapa lama, aku udah mau keluar.

“Tante.. aku mau pipis nih.. di dalem apa di luar ?? ahh ahh..” …
“Ntar tunggu bentar tante juga mau pipis.. ahhh.. uhhh..aggghhhrrr… ahhhh.. uuhhhhhh…. mmgghhhhh…mmhmhmhhhhh nih tante mau pipis.. Ayo sayang kita pipis bareng..” crrooot.. croottt… ssooorrr pssss… agghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….. …… aku dan tante silvi orgasme bareng.. Langung aku peluk dan cium tante silvi erat-erat.. dan ga aku lepasin dulu kontolku dari memek tanteku..

Ami, Maafkan Aku

Ami, Maafkan Aku
Suara gemuruh air hujan terdengar dari luar, awan mendung yang sedari pagi bergelantungan di langit akhirnya berjatuhan juga. Masalahnya, kenapa hujan begitu tega padaku? Turun di saat aku baru saja melepas celana dalamku di WC. Derasnya air hujan jelas membuatku tidak tenang, aku bergegas mengenakan kembali celana dalamku begitu urusanku beres. Aku merapikan seragam sekolahku dan membuka pintu WC.

Aku bengong begitu melihat keluar, derasnya air hujan seolah menutupi pandanganku. Bangunan dengan deretan WC khusus siswa/siswi ini memang terpisah dari bangunan kelas-kelas, kendati tidak begitu jauh, hanya berjarak sepuluh atau delapan langkah, namun siapa pun yang mencoba menerobosnya pasti akan basah kuyup. Aku tetap melangkah bagiamana pun juga, berniat berlari menembusnya.

“Andin, jangan!” Teriak sebuah sumber suara.
“A Rangga?” Tanyaku, menengok ke arah laki-laki berbadan tegap yang berseragam itu dengan perasaan senang. Jujur saja, tadi aku sempat khawatir seandainya aku terjebak hujan di sini lalu harus menunggu hujan reda sendirian.

Kak Rangga ini pacarnya Ami, temen sebangku ku. Lucunya, Kak Rangga adalah sahabat dekat Kak Dhani, pacar aku. Keduanya satu tingkat di atas aku dan Ami, mereka kelas XII sementara aku dan Ami kelas XI. Ami dan Kak Rangga memang sudah lebih dulu berpacaran, nyaris sudah satu tahun setengah, sementara aku dan Kak Dhani baru saja pacaran beberapa bulan yang lalu, itu pun tak lain gara-gara Kak Rangga dan Ami yang mengenalkan kami berdua.

“Kok Aa ada di sini?” Tanyaku dengan panggilan lokal untuk kakak laki-laki. Aku bertanya seperti itu mengingat kelas XII sebetulnya memiliki WC yang satu lantai dengan kelasnya di lantai atas sana.

“Habis dari ruang guru, Din, terus kebelet kencing tadi. Kelasku lagi dikasi tugas, sih. Andin pasti lagi belajar Kimia, ya?” Katanya sedikit mengencangkan suaranya, melawan gemuruh air hujan yang cukup ribut.

Kak Rangga ini, selain pintar dan aktif berorganisasi, dia cowok yang dikenal baik namun yang paling penting buat cewek-cewek di sekolah ini adalah wajahnya yang terbilang tampan untuk ukuran rata-rata cowok di sekolah ini, plus dia juaranya bermain futsal. Aku suka? Oh iya dong, aku juga suka, tapi itu dulu, dulu sebelum Kak Rangga jadian sama Ami. Masalahnya, Ami juga bukan cewek sembarangan, Ami termasuk cewek yang paling cantik di sekolah ini, jadi tidak ada orang yang menyesalinya ketika Kak Rangga dan Ami jadian, termasuk aku.

“Iya nih, tapi hujannya gede banget.” Jawabku setengah berteriak juga.

Kak Rangga mendekatiku, mungkin agar aku dan dia tak perlu berteriak-teriak.

“Gak apa-apalah, nanti bilang aja ke Bu Tina kalo Andin telat gara-gara takut kehujanan.” Hiburnya.

Aku dan Kak Rangga memang tidak begitu asing antara satu dan yang lainnya karena cukup sering bertemu dan jalan bareng bersama Ami dan Kak Dhani pacarku.

“Parah banget hujannya, iya nggak sih?” Aku sedikit mengeluh sambil mengibaskan bagian depan rok pendek abu-abuku, menjatuhkan butiran-butiran air yang menempel.

Belum sempat Kak Rangga menanggapi keluhanku, tiba-tiba hujan bertambah deras disertai angin yang cukup kencang. Aku melangkahkan kakiku mundur, menyelamatkan kaos kaki dan sepatuku dari serbuan air hujan.

“Eh, maaf.” Kataku, begitu bagian belakang badanku menabrak tubuh Kak Rangga yang ternyata sudah berdiri di belakangku.
“Hahaha, nggak apa-apa.” Kak Rangga tertawa. “Sebelah sini.” Dia menarik lenganku.

Mengajakku ke WC yang paling ujung. Di akhir deretan WC ini memang ada satu ruang sempit yang cukup melindungi dari tiupan angin yang membawa serta hujan itu. Ruangan yang tak berpintu ini adalah tempat petugas kebersihan menyimpan alat-alatnya. Lumayan jika dibandingkan harus berlindung di WC.

Kak Rangga menarikku mundur sedikit lagi, angin yang disertai air hujan itu ternyata masih bisa menjangkau ujung sepatu ketsku. Aku berdiri membelakangi Kak Rangga, punggungku berdesakkan dengan dadanya.

“Nah, ini lebih baik.” Katanya dari belakangku.

Aku membalasnya dengan anggukan sambil menatap air hujan yang deras di depan mataku. Entah kenapa, aku merasakan hal yang tidak enak, merasa tidak terbiasa berduaan di tempat yang cukup tersembunyi dengan pacarnya teman yang sekaligus temannya pacar ini.

Aku merasakan turun-naik nafas Kak Rangga dari dadanya yang menyentuh punggungku, hawa dari badannya terasa menempel dengan hangat di punggungku. Perasaanku mulai menjadi tidak karuan, belum lagi wangi parfum khas Kak Rangga yang tiba-tiba saja menyusup ke dalam hidungku. Ada perasaan yang cukup intim yang aku rasakan, tapi entahlah, mungkin saja hanya aku yang merasakannya.

15 menit berlalu sudah tapi hujan masih saja deras. Sementara itu, Aku dan Kak Rangga belum membuka mulut lagi sejak percakapan terakhir tadi. Aku tidak tahu kenapa kami menjadi diam, aku sendiri diam karena merasa canggung. Entah bagaimana ceritanya, punggungku ternyata sudah cukup menempel di bagian depan badan Kak Rangga. Aku bisa merasakan persis kancing-kancing, emblem OSIS, dan label namanya di punggungku, tak luput dengan bidangnya dada Kak Rangga yang cukup empuk aku sandari.

Satu-dua kali aku mendengar ada siswa yang keluar-masuk WC tapi tak satu pun yang mengetahui keberadaan kami berdua di sini. Seharusnya mereka yang datang dan pergi itu membawa payung dan aku bisa saja ikut menumpang tapi entahlah, seolah ada yang menahanku di sini. Ketenangan dan kenyamanan, selain ada perasaan dekat yang cukup aneh antara aku dan Kak Rangga membuatku enggan beranjak.

Kedekatan tanpa sebab itu tiba-tiba terasa lebih mesra, badan Kak Rangga yang terlanjur menempel dengan punggungku itu terasa dibuat sedemikian rupa sehingga lebih maju. Wajahnya saat ini berada persis di samping kiri telingaku, dan untuk pertamakalinya, nafas panas Kak Rangga terasa menyapu telingaku. Rasa panas yang menerpa telinga, menurutku bisa membuat cewek mana pun menjadi lunak, ada sesuatu hal yang tidak aku mengerti pada telinga cewek dalam keadaan seperti ini. Hembusan nafas yang hangat itu tak berhenti tertiup, menyisir daun telingaku yang sekarang terasa sensitif. Perlahan namun pasti, gejolak dalam tubuhku mulai bermunculan. Pikiran-pikiran negatif mulai berdatangan.

“Apa A Rangga sengaja membuatku horny?” Tanyaku dalam hati, merasakan kegundahan gara-gara posisi ini.

Aku hanya bisa memejamkan mata saat setelah itu salah satu bibirnya menempel di daun telingaku, terasa hangat. Entah apakah dia melakukan itu dengan sengaja atau tidak, aku tanpa sadar malah menjadi terbuai.

“Sengaja, atau memang gak sengaja?” Pertanyaan itu mendera benakku.

Aku membiarkannya, toh aku juga sepertinya malah menyukai itu. Setidaknya menjadi hiburan di saat hujan dan angin membuatku mulai kedinginan. Namun, di saat aku sedang menikmati itu, tiba-tiba sebuah kecupan kecil yang sepertinya memang disengaja mendarat di telingaku, menyadarkan aku situasi yang sebetulnya. Kecupan yang cukup menjawab pertanyaanku yang tadi.

Awalnya aku bimbang dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan, namun kecupan kedua seolah kode konfirmasi darinya. Hasrat dalam tubuhku yang mulai terpancing ini tidak mampu memberikan penolakan. Dari mesra kecupannya, rasa hangat bersandar di dadanya, dan wangi parfumnya yang menguap dari tubuhnya menimbulkan gairah secara tiba-tiba dalam diriku. Aku yang mulai merasa lemah diperdayai oleh nafsuku sendiri ini menengok ke arahnya, melihat wajahnya dari sudut mataku yang sepertinya meredup ini.

Rupanya Kak Rangga menyadari keadaanku, seolah bisa membaca pikiranku dari tatapanku itu, dikecupnya sudut bibirku dengan penuh kehati-hatian. Aku membiarkan itu karena ternyata aku menyukainya. Dan ketika dia melakukan itu lagi, tanpa sadar aku memalingkan paksa wajahku ke arahnya, menatapnya seolah memberitahu dia bahwa aku bersedia menerima hal yang lebih dari itu, dan membiarkan bibirku diam begitu saja. Melihat reaksiku yang seperti itu, Kak Rangga dengan tanpa ragu menyambar kedua mulutku dengan bibirnya. Aku membalasnya, menghisap kembali cumbuannya.

Seolah diiringi oleh denting-denting piano yang romantis, bunyi hujan yang riuh berjatuhan itu seakan melambatkan nikmatnya cumbuan demi cumbuan. Dari belakang punggungku, tangan kanannya menelusuri ikat pinggang yang melilit perutku, perlahan menyusuri seragamku ke depan hingga berakhir di bagian depan tubuhku yang menonjol terperdayai nafsu. Dadaku, bagian yang selalu ingin dijamah saat aku sedang fly seperti ini, membusung secara otomatis saat tangannya tiba di dua gundukan jelly yang sudah horny milikku itu. Aku membiarkannya, mempersilahkan jemari tangannya untuk melakukan apa pun yang dia mau.

Diremasnya kedua buah dadaku itu perlahan. Begitu jemarinya menekan seisi payudaraku, pikiranku bertolak terbang entah kemana. Tanpa sadar, badanku melengkung tak terkontrol, tangan kiriku menjambak rambutnya, menarik kepalanya, menuntut ciuman yang lebih dalam. Buat dia, semuanya seperti sudah jelas: Aku memang menginginkannya. Dirapatkannya tubuhnya, direngkuhkannya kedua pundaknya menghimpit punggungku, satu per satu kancing bagian atasku dilepasnya hingga cukup ruang baginya untuk merogoh payudaraku.

Angin dingin yang berhembus ke dalam sebagian permukaan dadaku yang terbuka serasa membangkitkan rambut-rambut halus yang tumbuh di sana. Aku mendesah seirama dengan deru air hujan manakala tangannya menyusup masuk ke dalam kemeja putihku, menyelinap ke dalam kaos dalam dan braku. Dia genggam penuh buah dadaku itu dengan kelembutan. Ciuman demi ciuman mengiringi rabaannya. Sesekali, aku membalasnya dengan meremas-remas benda tegak di dalam celananya.

Hasrat menggali kenikmatan sudah begitu menguasai pikiranku. Sejenak terpikirkan olehku kalau bibir yang aku cumbu ini adalah bibir yang biasa dicumbui oleh bibir sahabatku sendiri, teman sebangkuku! Namun apa daya, pikiran itu sirna seiring jemarinya yang menari-nari nakal di atas permukaan kulit buah dadaku itu mendekati bagian yang menegang. Disentuhnya perlahan, dipijit, dan dipilinnya puting susuku yang sudah sedemikian tegak itu. Aku melenguh kencang, otot-otot di tubuhku serasa lemas, terhisap oleh kenikmatan yang luar biasa.

Aku melepaskan ciumannya, menikmati setiap sentuhan, remasan, dan cubitannya di payudaraku. Seolah tak mau berhenti beraktivitas dengan mulutnya, hisapan dan sapuan lidahnya menyerang bagian belakang dan samping leherku yang tertutupi rambut. Rasa panas yang mendarat di leherku begitu kontras dengan udara di sekelilingku. Rasanya seperti menikmati sup ayam yang panas di kala kedinginan – nikmat tanpa ampun.

Tangan kanannya kemudian bergerak turun dari payudaraku, menyisir perutku, lalu lebih bawah lagi. Aku tahu ke mana arah tangan itu menuju, ke sebuah tempat milikku yang sedari tadi begitu merindukan sentuhan, sebuah tempat di mana semua kenikmatan-kenikmatan ini berujung. Tangan kirinya yang masih menggenggam payudaraku di dalam pakaianku itu terus-menerus membelai, meraba, dan meremas-remas. Gejolak birahi ini sepertinya tak bisa terbendung lagi. Rasanya, bagian bawah celana dalamku mulai berair, rasa lincir di bagian bawah itu cukup terasa olehku.

Aku hanya diam saat tangannya perlahan menyusuri bagian bawah perutku yang melereng ke bawah, sekali pun masih terlindungi oleh rok dan celana dalamku namun aku merasakan rambut-rambut jarang di bawah sana ikut tersentuh, dari lereng itu dia berlalu menuju tebing kemaluanku yang lunak dan menggembung, lalu dia menggenggamnya erat. Di bawah sana, rasanya seperti terselimuti kenikmatan yang mesra. Lalu digoyangkannya genggamannya itu, turut menggoyangkan lapisan pakaian yang menutupi kemaluanku. Basahnya daerah itu, membuat genggamannya di tengah selangakanganku itu menjadi sebuah kenikmatan yang tak terlukiskan.

Kriiiiingg! Kriiiing!!

Tiba-tiba saja bunyi bel dua kali yang cukup nyaring itu terdengar menembus tebalnya hujan, bel pertanda jam pelajaran telah berganti. Di titik yang tengah aku alami ini, tak akan ada seorang perempuan pun yang bisa melawan kenikmatan yang luar biasa seperti ini, namun bunyi bel itu menyadarkanku akan sekeliling. Dinding-dinding ruangan petugas kebersihan ini menjadi cukup jelas. Lalu aku teringat dengan siapa aku bercumbu mesra. Kak Rangga adalah sahabat pacarku, dia adalah kekasih dari sahabatku! Bahkan, air liur yang tertukar dari mulut Kak Rangga sejatinya adalah air liur yang sejak sekian lama bercampur dengan air liur teman sebangku aku! “Terkutuklah aku!” Gerutuku dengan penyesalan.

Kak Rangga meredakan pelukannya demi melihat nafsuku yang tiba-tiba menurun. Sepertinya dia menyadari rasa berdosa yang tiba-tiba menyerangku. Aku memajukan badanku, membetulkan rok pendekku itu dan mengancingkan kembali tiga kancing atas kemeja sekolahku yang sudah terlepas.

“Maafkan aku, Ndin.” Katanya sambil berbisik. Aku diam seribu bahasa dan hanya berani menundukkan kepala. Aku beranjak dari pelukannya dengan rasa berdosa dan berjalan menjauhinya. Namun sebelum langkahku cukup jauh, di antara hujan yang mulai melambat, terdengar dia berkata sesuatu,

“Tapi, aku gak nyesel.”

Aku menghentikan langkahku, dan berbalik ke arahnya.

“Kenapa?” Tanyaku.
“Karena aku gak ngelakuin cuma karena nafsu doang.” Jawabnya. “Aku dulu pernah suka sama kamu, Ndin. Setidaknya sekarang aku pernah nyium kamu.” Lanjutnya sambil tersenyum.

Aku tidak berani merespon apa-apa. Aku takut salah.

Baru saja aku mengangkat kakiku untuk melangkah, tiba-tiba tangannya yang kekar itu menarikku kebelakang.

“A?” Tanyaku kenapa. Aku menghadapkan badanku di depannya, seolah melihat raut wajah yang membutuhkan pelampiasan. Jujur saja, aku pun merasakan hal yang sama, kebutuhan untuk melepaskan kenikmatan yang tadi sesaat menderaku.

Sekonyong-konyong dia malah menarikku. Membawaku melewati pintu WC. Setibanya di dalam, ditariknya kepalaku ke arahnya dan secepat kilat mulutku dihisap habis olehnya. Dan entah kenapa, seolah terlepas dari belenggu, aku tidak kalah buas darinya. Aku balas menghisap mulut rakusnya itu. Tanpa sadar, tanganku memegang dengan gemas kemaluannya tanpa rasa malu, begitu pun dia, dengan liar kembali meremas-remas payudaraku.

Dengan susah payah, tanpa melepas ciuman, Kak Rangga mengunci pintu WC. Aku, Andin Pratiwi Putri, perempuan yang dikenal baik, sopan, dan sangat menghargai persahabatan ini tiba-tiba menjadi buas dan nakal. Lihat saja, tanpa basa-basi, aku berusaha melepas ikat pinggang Kak Rangga. Tak mau kalah, Kak Rangga melepas kancing kemeja sekolahku satu demi satu. Kami berdua seolah tahu sejauh apa semua ini akan dilampiaskan. Aku mengurut kemaluannya yang sudah membengkak itu begitu ikat pinggang dan resluiting celana panjang sekolahnya berhasil aku buka. Aku tersenyum melihat sebagian kemaluannya berontak melewati batas celana dalamnya, sebagian dari kepala penis mengintipku dari sana.

Rupanya adik kecil Kak Rangga ini sudah sedemikian terangsang sampai-sampai celana dalamnya sudah tidak bisa menampung ukuran panjang penisnya. Namun masih dengan pertempuran yang sama, Kak Rangga tak kalah berusaha. Disibaknya ujung kemeja putihku yang menghalangi bagian depan tubuhku itu, sebelum akhirnya dia menarik paksa kaos dalam dan braku ke atas. Kedua payudara yang selama ini hanya sempat dijamah oleh sahabatnya itu tergantung bebas di hadapan matanya. Kedua putingnya terlepas ke udara terbuka, menunjuk, menantang Kak Rangga. Seolah terpesona, dia melihat dengan seksama kedua bongkahan benda kenyal yang cantik itu, lalu meraba-rabanya dengan penuh perhatian. Aku refleks terdiam merasakan kenikmatan ini.

Aku makin tak kuasa merasakan semua itu ketika mulutnya terasa panas dan basah melahap dan menghisap kedua benda kesayanganku, apalagi ketika dalam hisapannya itu, lidahnya menekan-nekan liar buah dadaku. Nafas yang terasa sesak ini menyisakan desahan yang tiada henti. Udara sekitar yang tadinya terasa dingin sekarang tak lagi begitu terasa terasa, suara hujan pun tak lagi terdengar tergantikan oleh suara hisapan mulut Kak Rangga dan desahan nafasku. Aku memeluk kepalanya, menekannya, memohon padanya agar tidak berhenti menggauli kedua payudaraku.

Detik demi detik dilalui dengan kenikmatan yang tiada tara sampai lupa di mana aku berada. WC ini berlabel ‘Putri’, WC yang memang lebih bersih dan lebih terawat dibanding WC Putra. Ruangannya sedikit lebih luas dari WC Putra, dilengkapi satu bak mandi dan toilet jongkok di sampingnya, sementara ventilasi hanya merupakan sebuah jendela kecil yang bisa dibuka dan ditutup di atas sana. Aku merasa di tempat ini cukup aman, tidak ada kekhawatiran sedikit pun dariku.

Fokusku menjadi kabur ketika Kak Rangga tidak hanya menghisap buah dadaku, namun tangannya yang nakal itu mulai meraba-raba pahaku. Jemarinya menelusuri pahaku yang masih terbalut rok abu-abu sekolahku. Jemari nakal itu merayap perlahan melintasi ujung kain rokku, lalu menyelinap masuk ke dalamnya. Rabaannya serasa aliran listrik yang mengalir dari rambut-rambut kecil di pahaku. Kedua tangannya menyebar hingga ke belakang pahaku, lalu naik hingga dia berhasil menggenggam kedua bongkah pantatku yang masih terbungkus celana dalamku.

Dia melepaskan hisapan mulutnya dari dadaku, menegakkan badannya dan kemudian melumat bibirku, namun tanpa ampun, di bawah sana tangannya meremas dan menarik-narik kedua pantatku. Rasa nikmat itu tidak hanya dari remasan dan pijitannya di pantatku, namun tarikannya membuat kedua bibir kemaluanku di bawah sana ikut tertarik kesana-kemari. Bibir kemaluan yang awalnya rapat dan basah itu sesekali terbuka menganga, membuat gesekan-gesekan kecil di sana satu sama lain.

Jemarinya terus berpetualang hingga berakhir di atas karet pinggang celana dalamku, lalu serta-merta dia menariknya turun hingga ke ujung pahaku tanpa sempat aku cegah sama sekali. Dia menatap mataku, seolah bertanya apakah aku mengizinkan dia untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya. Aku menjawabnya dengan sebuah senyuman, mengangkat sebelah kakiku dan mengambil celana dalamku yang terlanjur lepas dari selangkanganku.

Aku berhenti sejenak, mengamankan celana dalamku dengan menggantungkannya di gantungan baju di pintu WC. Wangi lembab dan lengket dari celana dalamku membuatku agak malu, sekali pun aku pikir cukup wangi bercampur dengan body-lotionku. Kak Rangga kembali mencumbuku dan tangannya kembali bergerilya. Dia menyibak rok sekolahku itu dan mengusap-ngusap paha bagian dalamku. Ujung-ujung syaraf di bagian dalam pahaku itu memang teramat sensitif, apalagi setelah alat vitalku di bawah sana bersentuhan dengan udara terbuka, membuat daerah sekitarnya kian resposif terhadap sentuhan. Satu per-satu syaraf-syaraf penerima rangsangan itu mengalirkan kejut-kejut listrik yang melintasi organ intimku.

Ruangan ini terasa lembab dengan hawa panas birahi yang menguap dari masing-masing tubuh kami. Sekali pun di luar masih hujan, namun badanku terasa berkeringat sekali. Aku memeluknya erat ketika salah satu jemarinya menyentuh selangkanganku, perbatasan yang polos antara paha dan organ intimku. Aku menggigit bibirku, menahan kenikmatan tatkala jemarinya mengelus kedua bibir kenikmatanku yang dipenuhi lemak itu.

Ditekan dan digoyangkannya kesana-kemari, membuat cairan kenikmatan yang merembes dari dalam liang senggamaku itu luber kemana-mana. Aku berkali-kali harus menahan pantatku dari refleks rasa nikmat yang menyerangku tapi aku justru melebarkan kedua pahaku. Kemudian tangannya mengusap-ngusap rambut-rambut pubisku yang masih jarang, lalu turun melintasi batas rambut-rambut kecil itu, menuruni sebuah lembah seukuran kelingkingku dan,

“Aaaaaaaaaaaah!!” Aku berteriak kencang dan menjambak rambutnya ketika jari tengahnya menyentuh sebuah permukaan yang menonjol dari lembah kemaluanku itu, klitorisku, benda tegang yang berukuran tidak lebih besar dari puting susuku namun dengan ribuan ujung syaraf kenikmatan yang sedari tadi menanti-nanti sentuhan. Ditekannya biji yang terlapisi kulit yang tipis itu, digerakkannya kesana-kemari, membuat ledakan-ledakan nikmat yang memancar ke seluruh tubuhku.

Aku benar-benar terlena, tak kuasa menahan kenikmatan yang aku rasakan, sampai-sampai aku menjatuhkan badanku memeluk Kak Rangga. Kepalaku, tanganku, kakiku, semuanya mengejang tak terkendali.

Kenikmatan yang bertubi-tubi di antara selangkanganku itu kian lama kian memuncak. Sentuhan dan pijatannya pada biji klitorisku itu begitu lembut dan konstan, seperti jemari yang sudah sangat terlatih untuk memuaskan nafsu seorang perempuan. Lalu pada suatu titik, otot-otot di paha dan pantatku serasa tegang, seolah memberikan jalur tanpa hambatan pada kenikmatan yang kian meninggi. Aku peluk erat Kak Rangga dengan sekuat tenaga, dan hanya dalam hitungan detik, sebuah tekanan dan gesekan yang tepat dari KakRangga melemparkanku ke angkasa seiring dengan berhamburnya jutaan kenikmatan itu dari klitorisku ke setiap penjuru tubuhku.

“Aaaaaaaaaaaahh!!” Aku tak bisa menahan erangan kenikmatanku.

Aku memeluk Kak Rangga dengan nafas yang terengah-engah. Dia membiarkan tangannya diam di selangkanganku karena tidak sengaja terkunci olehku saat orgasme tadi tiba. Aku mengecup mesra bibirnya sebagai ucapan terimakasih.

Tanpa sadar, aku sudah mengelus kepala kemaluannya yang menyembul dari balik celana dalamnya. Tanganku mencoba menelusuri leher batang kelaminnya yang masih terlindungi celana dalam, sekali pun celana dalam cowok memang lebih tebal dari celana dalam cewek, tapi bagian-bagian dari penisnya cukup terasa olehku ujung-ujung jariku. Urat-urat yang menegang di bagian tengah batang kemaluannya terasa berdenyut-denyut seksi. Sebelah tanganku menarik bagian atas celana dalamnya ke arahku, lalu tanganku yang lainnya merogoh burung yang tegang itu agar keluar dari sangkarnya.

Melihat posisiku yang tidak terlihat enak, Kak Rangga mundur dan menyandarkan pantatnya di ujung bak kamar mandi. Aku menarik celana panjang abu-abunya turun. Paha polos yang berotot itu terlihat sangat gagah di mataku, dia lalu berusaha membantuku dengan menurunkan celana dalamnya.

Penis yang sepertinya sudah tidak bisa menahan nafsu birahi yang sedari tadi bergejolak itu berdiri tegak begitu saja, berdiri di atas dua kantung biji kemaluan yang menggelantung, berlatar rambut-rambut pendek kemaluan yang keriting namun rimbun. Sangat gagah dan seksi, sebuah pemandangan yang tidak pernah aku lihat dari seorang kekasih sahabatku. Kugenggam benda yang kekar itu, panasnya begitu terasa oleh telapak tanganku. Tak berani kubayangkan seandainya rasa panas ini menempel pada dinding-dinding lubang vaginaku dan mengaduk-ngaduk permukaan-permukaan licin dan sensitif di dalam sana. Ah, aku malah jadi horny kembali membayangkannya.

Aku membungkukkan badanku, mendekatkan wajahku ke arah kepala penis yang terlihat mengkilat itu. Kugenggam benda itu seolah mikrofon yang hendak aku nyalakan. Wangi kecut kayu-kayuan yang segar dan khas dari alat vital laki-laki ini terhirup oleh hidungku, membuatku tak bisa menahannya lebih lama. Aku membuka mulutku lebar-lebar dan menjulurkan lidahku hingga menggapai bagian bawah leher penisnya.

Kuapit mesra dengan kedua bibirku, kupijat dengan lidahku dan kuhisap perlahan seperti layaknya aku menikmati sepotong eskrim bar, hanya saja eskrim yang satu ini terasa panas dan juga hambar dan sedikit asin di lidah. Kutarik dan kumasukkan kembali ke mulutku, kupijat dan kuhisap kembali, berulang-ulang hingga benda panas itu betul-betul mengeras, membesar, dan memerah, bak besi panas yang hendak ditempa. Kak Rangga memejamkan matanya, hanya tangannya yang coba menghalangi rambutku yang terjatuh ke depan. Setelah berapa lama, dia memegang daguku, lalu mendekati telingaku dan berbisik.

“Boleh dimasukin gak, Din?” Tanyanya dengan malu-malu.

Terus terang, aku sudah cukup malu dengan melakukan semua ini. Bagaimana tidak, cewek yang tengah mengulum kemaluannya ini adalah kekasih dari sahabat dekatnya sendiri. Bibir yang sama yang beberapa hari lalu menghisap kemaluan sahabatnya! Aku sendiri, rasanya tak sanggup membayangkan batang kemaluan yang mungkin biasanya memasuki lubang senggama teman sebangkuku juga memasuki lubang kemaluanku, rasanya aku sudah keterlaluan.

“Sekali ini aja, Din. Aku gak bakal cerita apa-apa ke Ami atau ke Dhani, aku janji.” Katanya, mencoba membujukku.

Kemaluan yang kokoh dan panas yang berada di dalam genggamanku ini memang tampak seperti haus akan dekapan erat mulut vaginaku, seperti halnya lubang senggama yang licin yang rapat milikku di sana, yang saat ini betul-betul merindukan gesekan dari sebuah batang kemaluan laki-laki.

Aku membiarkannya saat dia menarik ujung rokku dan mendudukkan pantatku di atas bak air. Seperti terbelah, kedua bibir kemaluanku menganga saat lengannya mengangkat salah satu pahaku ke atas. Dia mendekatkan kemaluannya ke selangkanganku, lalu perlahan, disentuhkannya kepala penis yang kenyal itu diantara kedua bibir kemaluanku yang nampaknya sangat basah dan merekah itu. Dia mengarahkan kepala tumpul bak sosis panas itu pada ujung bawah bibir kemaluanku lalu menekannya perlahan-perlahan persis pada lubang yang berlendir itu, sepertinya dia tahu kalau lubang vaginaku masih cukup sempit. Sejauh ini, aku hanya melakukan hubungan suami-istri dengan Kak Dhani, dan itu pun baru hanya beberapa kali saja.

“Ahhh!” Aku menahan nikmat saat kepala penisnya merangsek, menguak paksa dua bibir kemaluanku yang paling dalam.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaah!” Aku mengerang panjang saat penis keras nan panas itu melesak masuk, menyeruduk ke dalam liang vaginaku, mengurut dinding-dinding licin milikku yang begitu sensitif.
“Uhhh!!” Aku tak henti-hentinya mengeluarkan suara, lenguhan itu tak terkendali saat penis yang terhisap dalam vaginaku mulai bergerak perlahan maju dan mundur.

Rasa penuh pada liang kemaluanku itu benar-benar membawaku terbang.

“A Rang.. ga” Kataku lemah memanggilnya diantara sejuta kenikmatan yang menghampiriku.

Aku menarik kepalanya, melabuhkan sebuah ciuman yang diiringi oleh gesekan dalam lubang kemaluanku. Sesekali penisnya yang ikut licin oleh cairan pelumasku itu lepas dari genggaman kemaluanku, cairan yang licin dan lengket itu menetes hingga ke pantatku. Kak Rangga tak henti-hentinya memacu pantatnya maju dan mundur, aku pun tak kalah sibuk, mencumbunya dengan buas.

“Ami, maafkan aku.” Jeritku dalam hati. “Ini terlalu nikmat untuk aku tolak.” Betapa tidak, berhubungan kelamin dengan sosok yang aku kagumi ini tak hanya sekedar cerita drama romantis, namun juga rasa berhubungan seks yang ternyata sangat nikmat.

Aku menatap cowok ganteng yang tengah menggauliku ini. Dia berkali-kali memejamkan matanya, terlihat begitu menikmati lubang hangat yang licin namun sempit milikku. Tidak jauh berbeda ketika Kak Dhani menindihku, otot-otot tangannya meregang menahan tusukkan ke dalam vaginaku, urat-urat di lehernya nampak jelas seolah sedang memberikan energi yang lebih pada perut, pantat, dan pahanya. Sayang sekali, aku tak bisa melihat penisnya keluar-masuk liang vaginaku, rok sekolahku yang tersibak menghalangi penglihatanku, hanya pangkal penisnya yang terlihat basah terlihat sesekali.

Tusukan-tusukan penisnya itu tak hanya menggesek dinding-dinding di lubang kemaluanku, daerah sensistif di dalam kemaluanku pun ikut bangkit. Kenikmatan menuju puncak pun sedikit demi sedikit mulai berdatangan, aku bahkan harus menopang badanku dengan tanganku.

“Ah, ah, ahhh..” Suaraku dan suaranya mulai seirama, kenikmatan yang dia rasakan nampaknya sama yang dirasakan olehku.

Aku ikut menggoyangkan pantatku ke depan dan ke belakang. Lama-kelamaan gerakan Kak Rangga kian cepat. Dinding-dinding kemaluanku pun tak kalah berjuang mendaki puncak kenikmatan.

“Uuuuuuuuuaaaah!!” Aku menggigit bibirku tatkala kenikmatan-kenikmatan itu memuncak dalam sebuah lontaran kenikmatan yang dahsyat.

Mengejangkan semua otot di tubuhku, membius kepalaku dengan letupan-letupan nikmat yang terus-menerus, sementara gesekan cepat kemaluan Kak Rangga yang tak sebentar pun berhenti menambah panjang orgasmeku kali ini. Aku mememeluknya erat, membuat penisnya tenggelam dalam lubang vaginaku sedalam mungkin hingga orgasmeku selesai.

Aku menggoyangkan kembali pantatku, sekali pun kemaluanku kemudian terasa ngilu, namun aku enggan membuat Kak Rangga yang tengah memacu kenikmatannya itu berhenti di tengah jalan.

“Emmmgh..” Lenguhnya. “Sempit banget, sumpah.” Katanya sambil memejamkan mata, masih terlihat begitu sangat menikmati lubang kemaluanku.
“Andin..” Panggilnya, terasa olehku dia menambah kayuhannya lebih cepat.

Aku mencoba membantunya dengan goyangan pantatku sekali pun ruang dudukku terbatas oleh bibir bak WC yang tidak cukup luas.

“Andin sayang..” Dia seperti mengigau. Aku pikir dia mengigau karena dia mulai mendekati masa ejakulasinya.
“Iya, sayang..” Aku membalasnya sambil menyeka keringat yang bercucuran dari keningnya.
“Udah mau keluar?” Bisikku bertanya.
“He-em” Dia menjawabnya dengan nafas tertahan di antara goyangan pantatnya yang sepertinya bergerak lebih cepat lagi.
“Andin.. Emh, emh..” Panggilnya lagi, namun disertai desahan nafas yang buas. Kayuhannya itu tiba-tiba menjadi super cepat, dan,
“Andin, aaaaaaaaaaaaahh!!” Serta-merta dia mencabut penisnya dari dalam vaginaku.

Nampak tak sadar dengan kenikmatan yang membawanya terbang entah kemana itu, batang penis yang terlihat basah kuyup oleh lendir-lendir dari dinding vaginaku itu tiba-tiba melontarkan cairan kemana-mana. Cairan berwarna putih yang cukup banyak itu berloncatan dan terlempar tanpa ampun cukup kencang dan jauh. Dahi Kak Rangga berkerut, matanya meringis menahan nikmat. Aku diam saja, menunggu dia menyelesaikan fase orgasmenya yang cukup panjang.

Aku mencoba membuatnya rileks, aku bangkit dan membungkukkan badanku ke arah kemaluannya. Wangi lembab cairan cinta dari vaginaku dan wangi yang menenangkan dari cairan cinta Kak Rangga bercampur menjadi satu. Aku memegang dan menghisap batang kemaluan yang berlumur cairan yang serba lengket itu. Manis-asam-asin terasa bercampur di lidahku, tapi sekali pun begitu, tak urung aku nikmati, bahkan ketika sisa-sisa cairan ejakulasi yang ternyata masih tersisa dalam saluran kemaluannya itu sesekali meleleh aku telan begitu saja.

“Haha, parah banget sih, Kak.” Kataku sambil menyeka mulutku, mengomentari banyak dan kencangnya cairan ejakulasi dia. Dia tersenyum ke arahku, membuka kemejanya dan melepas kaos dalamnya, lalu dia membersihkan cairan ejakulasinya yang melumuri pahaku dan beberapa daerah di pakaianku itu dengan kaosnya.

“Emang enak banget, Din.” Ujarnya, lalu memberikan aku sebuah ciuman di kening.
“Ups.” Dia menyeka cairan ejakulasi yang tak aku sadari tadi terlempar ke mukaku. “Maaf, ya?” Pintanya.
“Sering separah ini?” Tanyaku, membiarkan dia membersihkannya. Dia menggeleng.
“Gak tau kenapa, ini yang paling banyak dan paling enak.” Jawabnya.
“Ckckck. Parah, parah. Haha.” Aku tertawa.

“Hujannya parah!” Kataku sesampainya di tempat dudukku, di samping Ami sahabatku, tentu dengan seribu rasa bersalah yang membebaniku.
“Lama banget, Din. Kejebak hujan di mana?” Tanya Ami sedikit memelankan suaranya, tak mau Bu Tina yang sedang berada di depan papan tulis memarahinya.
“Di WC, Mi.” Jawabku. Ami kali ini terlihat polos di mataku. Bagaimana tidak, selama satu jam lebih batang kemaluan pacarnya itu mengaduk-ngaduk liang senggamaku dan dia tidak mengetahuinya samasekali.

Dia juga tidak tahu seandainya di beberapa tempat di kemeja dan rokku terdapat cairan kenikmatan milik pacarnya, belum termasuk sperma yang sengaja aku telan.

“Ah, Ami, maafkan aku.” Kataku spontan. Ah, sial! Kenapa itu keluar dari mulutku??
“Maaf buat ..?” Ami balik bertanya. Aku jadi bingung dan tak tahu harus menjawab apa.
“Ini apa?” Tiba-tiba Ami bertanya.

Dia menyimpan iPhone yang sedari tadi digenggamnya itu, menjulurkan tangannya mengambil sesuatu yang lengket dari rambutku.

“Sial!” Kataku dalam hati ketika melihat sesuatu yang Ami ambil dari rambutku. Percikan sperma Kak Rangga!

Dahi Ami berkerut dan seperti terkejut melihat lendir yang lengket di tangannya, pasti dia tau kalau itu sperma cowok. Aku tak bisa berkata apa-apa, aku cuma bisa diam dan bengong. Tapi setelah dipikir-pikir, toh seandainya Ami tahu itu sperma, dia tidak akan tahu kalau itu sperma pacarnya sendiri. Tapi kemudian aku terkejut setelah aku mengintip smartphonenya dan membaca rentetan tulisan chatting yang diketik dari Kak Rangga untuknya,

“Iya, sayang. Tadi aku kehujanan pas ke WC.”
“Maaf gak sempet bales chatnya.”
“Aku sama Andin kok selama hujan tadi,”
“Tanya aja dia kalo gak percaya.”
“Waduh?” Kataku dalam hati.

Kakak Ipar Dan Gadis Cina

Kakak Ipar Dan Gadis Cina
Meskipun produk dalam negri ngnggak kalah bersaing dengan produk luar tapi nggak bisa di pungkiri kalo produk Cina saat ini merajai pasaran perdangan dalam negri kita, apalagi produk produk yang di jual melalui media online.

Sebagai pedagang online seperti yang pernah gw tulis sebelumnya gw akhirnya memutuskan untuk berangkat ke Cina mencari barang-barang dagangan apa aja yang gw pasarkan di indonesia melalui media online baik dari facebook, camfrog dan link-link forum jual beli yang pastinya agan agan juga tau.

“mah kalau aku berangkat ke Cina kira kira mbak Fayra bisa nggak ya jadi guide aku di sana?”
“bisa pah, kan bulan november ini kakak dapet cuti 3 bulan trus kan dia mau pulang ke indo, kemarin aku cf an dah bilang sama mbak Fay katanya papah sampe di sana tanggal 2 aja pas dia dapet cuti trus nanti pulangnya ke indo dia bareng papah”
“ok deh bos cantik!”
“huu ngerayu, kakak juga bilang papah langsung ke Macau aja nggak usah ke Cina, soalnya sayang uangnya buat bayar hotel, kalo di Macau papah bisa tidur di platnya kakak”
“nah terus gimana? Kan urusanku di Cina?”
“kata kak Fay dari Macau ke Cina itu Cuma 15 menit jalan kaki pah”
“wah cocok banget kalo gitu”

Emang awalnya gw nggak berani berangkat karna gw nggak bisa bahasa mandarin atau cantonis tapi mengingat kakak istri gw kerja di sebuah casino di Macau dan beliau pastinya mau jadi guide dan juru bicara gw di sana akhirnya gw nekat berangkat

Akhirnya tanggal 2 november 2012 kemarin gw menginjakkkan kaki di Aeroporto Internacional de Macau dan gw dah di jemput kakak ipar gw yang keliatan lebih muda dan lebih bersih karna tinggal di negara orang sipit ini

“udah lama nunggu kak? Tambah sipit aja tiuh mata ketularan orang orang Cina loe”
“yey udah di tungguin sejam lebih bukan say helo malah ngatain, dasar adek kurang ajar” dia ninju perut gw tapi becanda, akhirnya kita naik bis nomer 3 ke kost tempat dia tinggal selama ini, di dalem bis yang sesek sama kayak di jakarta kita ngobrol kesana kemari, dan 10 menit naik bis kita sampe di kost2an dia yang lumayan dan ternyata emang daerah situ kayak komplek kost kostan WNI yang kerja di situ, dari beberapa cewek orang indonesia yang gw lewatin pada ngelirik nakal ke gw dan ada yang ngomong sama kakak ipar gw pake bahasa canton kayaknya nanya siapa gwa

“kak cewek yang kost di sini sexy2 banget ya?”
“eit awas loe kalo nakal gw bilangin inge, cewek di sini yang pendatang sama yang pribumi sama aja! Loe hati2?”
“maksudnya sama aja gimana? Trus kok hati2 mang kenapa?”
“ceweknya gatel2 pada minta di garukin, mungkin karna kelamaan puasa jauh dari suami ma pacarnya, hahahahaha”
“hahahahhhh berarti kakak juga dong? Tapi asik tuh kak buat pelepas stress!”
“enak aja! Awas loe berani berani macem2 gw laporin ke inge”

Sekedar gambaran kakak ipar gw ini janda tanpa anak cerai sama suaminya karna malu karna suaminya bandar narkoba yang keciduk polisi , dan buat nutupin malu sama teman, tetangga dan kenalan dia memutuskan jadi TKW, tapi karna dia punya sarjana kerjanya di sini beda dia jadi bandar di meja kasino di tempat perjudian terbesar di Macau dengan tinggi badan 165 ukuran dadanya 36B pantat yang bohai bikin gw ngebayangin gimana rasanya kalo kontol gw masuk pas pake posisi dogy

“woi ngelamun jorok loe ya, cari makan yuk”

gwa kaget banget emang bener pas waktu di kagetin gw pas ngelamunin ngentotin dia setelah mandi kakak ipar gw ngajak jalan2 cari makan sampe ke Zhuhai (China) daerah perbatasan antara Macau dan china kami makan jalan jalan sampe malem, pas sampe di kost dia udah jam 10 malem waktu Macau kalo di jakarta masih jam 9 malem dia ngambil anduk trus masuk kamar mandi yang emang ada di dalem kamar setengah jam dia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan tank-top tanpa bra soalnya keliatan pentilnya di ujung mancung kaosnya dan celana pendek berbahan lembut awalnya gua juga mengira dia nggak pake cd tapi pas ngeliat dia duduk di sebelah gwa, keliatan tali g-string di pinggangnya soalnya kaosnya nggak bisa nutupin perutnya pas dia ngangkat tangan, kami nonton tv sambil masih ngobrolin keluarga di jakarta

“kak kamar ini kan ada kasurnya dua kok kakak Cuma sendirian?”
“Temenku sekamar aslinya orang Cina, dia ada urusan dah seminggu ini belum balik jadi kan kasurnya bisa kamu pake”
“owh kirain orangnya belum pulang trus nanti kalo dia pulang aku tidur ma kak Fayra? He he he”
“yey ngarep banget” sambil dia ngedorong aku “nanti kalo sewaktu waktu dia dateng aku tidur sama dia kamu tidur sendiri di sini”
“iya iya kuatir banget sih, eh kak nggak pake BH ya tuh ujungnya keliatan”
“kurang ajar nih, mata loe tuh jelalatan ya” sambil di lempar bantal yang di pangku dia sambil kami tertawa tawa
“jangan jangan nggak pake cd juga ya?”
“enak aja..! ya pake lah..” dia berbalik membelakangi gw mengambil gelas dan saat itu gw ngeliat jelas pantatnya karna celananya ketarik
“wuich itu pantat sexy banget, pake g-string wakakakakak”
“Beni rese banget sih ngintip ngintip”
“siapa yang ngintip? Orang kakak yang balik badan ngasih liat sendiri gitu!” jujur aja gw saat itu juga langsung konak gan, tapi masih nggak berani ngapa ngapain

“udah ah aku tidur dari pada loe makin keenakan ngeliatin badan gwa” dia langsung menuju kasur kosong tempat temennya dan narik selimut masih sambil ikutan nonton tv malam itu akhirnya malam pertama gua ngerasain tidur di Macau paginya gua bangun duluan, karna emang udah biasa gw bangun pagi nganterin anak gw sekolah, dan gw liat kakak ipar gw masih tidur ngangkang keliatan banget belahan mexynya dari celana kainnya dan gw perhatiin kulit pahanya mulus banget sama pentil toketnya gw perhatiin rada2 nonjol kayak lagi horny, ngeliatin yang begituan kontol gw juga langsung bangun apalagi pagi2 gini, langsung aja deh gw ngelus2 pusaka gw sambil ngebayangin dia, udah nggak tahan akhirnya gw masuk kamar mandi langsung coly sampe crot lima kali trus langsung mandipas keluar kamar mandi kakak gw udah buka mata

“udah bangun ben? Masih pagi banget ini”
“gwa ni cowok rajin kak emang dah biasa bangun pagi trus mandi, nah loe cewek tidur kayak kebo gitu”
“gwa biasanya bangun jam 8 ben” gw yang keluar kamar mandi pake celana pendek casual yang dari kemarin sore gw pake tanpa pake kaos langsung ke dispenser buat bikin kopi
“mau kopi kak?”

“mau banget, gw mandi dulu ben”dia masuk kamar mandi dan gw ngopi sambil ngidupin lepi buat chat sama temen2, pas lagi asik gw chat ada yang ngetuk pintu pas gw buka ternyata cewek Cina yang sexy banget dia ngomong apa gw kanggak ngarti sama sekali gw udah ngira kalo itu paLing teman sekamar kakak ipar gw yg dia ceritain semalem, gw bingung soalnya dia nyerocos terus yang gw nggak ngerti sama sekali, langsung aja gw ketok pintu kamar mandi
“apaan si Ben? gw belum selesai ini” kakak ipar gw Cuma ngeluarin kepalanya

“itu ada cewek dateng2 nyerocos gw kanggak ngarti” dia nutup pintu dan keluar Cuma pake handuk dia ngobrol sama cewek Cina itu sementara gw Cuma bengong ngedengerin yang gw nggak ngarti sama sekali

“ben kenalin ini temen sekamar gwa”akhirnya kakak gw ngenalin dia gw pun mengajak salaman, Ling An namanya tinggi hampir sama ama kakak ipar gw toketnya sama pantatnya lebih mantap kakak ipar gw tapi keliatan pas di badannya yang putih banget, akhirnya kakak gw masuk lagi ke kamar mandi nerusin mandi, dan nggak gw sangka ternyata link an bisa bahasa indonesia katanya di ajarin kakak ipar gw akhirnya kita bisa ngobrol meskipun kadang ada yg nggak dia pahami

“aku kira kamu pacarnya Fayra, ternyata adiknya, sory aku tadi marah marah”
“nggak papa Ling, lagian kamu marah marah juga aku nggak paham kok, ha ha ha..” kami ngobrol ketawa ketiwi bareng sampe kakak ipar gw keluar dari kamar mandi

Masih sama kayak tadi dia keluar cuma pake anduk langsung nyamber gelas kopinya

“haduh dingin banget,gimana Ben Ling bisa kan bahasa kita?”
“aku sudah lama mau praktek langsung bicara bahasa indonesia tapi baru kali ini aku praktekkan, Fayra”
“bahasa indonesia kamu sudah bagus kok Ling”gwa ngasih komen ke Ling An
“terima kasih beny”
“kak pake baju napa sana gw horny nih liat loe Cuma pake anduk”

“wekk” dia memeletkan lidahnya ngeledek dan keliatan dia pake g string lagi, setelah semua siap kamipun menuju Cina Ling An juga ikut kami karna hari itu dia juga sama2 cuti dan rencananya dia mau ikut kak Fayra ke indonesia, katanya dia pengen ke bali, dan hari itu dia ikut jalan2 sama kami dan dia katanya seneng ngobrol sama gw buat ngelancarin bahasanya

Seharian kami jalan jalan di Cina mencari apa saja barang2 yang aku anggap bisa di jual di indonesia, kak Fayra dan Ling An menjadi guide gwayang hebat, Ling An lebih menguasai obrolan dengan orang orang pribumi karna dia emang asli pribumi, pas naik bis balik ke Macau pas banget jam sibuk orang pulang kerja, akhirnya kami berdiri berdesak desakan pas itu kak Fayra pas diri di depan gw dan Ling An di depan kak Fayra berhadapan

Kak Fayra pake rok pendek sama dengan Ling An, emang kayaknya sih di Cina cewek cewek kalo jalan2 fasionnya gitu sedangkan gw pake celana jeans, posisi si kontol mepet banget sama pantat kak Fayra hasilnya baru 5 menit kontol gw udah keras, kak Fayra pasti ngerasain hal itu

“loe ngaceng ya ben?”dia berbisik
“situasi dan kondisi begini siapa cowok yang nggak ngaceng si kak, apalagi di pepetin sama pantat bahenol kayak kakak, udah gitu kakak pake g string lagi kan?”
“dalemanku emang G-string semua ben”

“wah mantep tuh, jadi penasaran pengen liat aslinya kalo di pake gimana!, inge gw suruh pake G-string nggak mau soalnya kak” dia nggak bisa berbuat apa apa kecuali membiarkan kontol gw mepet di belahan pantatnya bergesekan sesuai irama goyangan bis yang sebentar2 berenti, tapi jujur aja meskipun bis nggak bergoyang justru gw yang menggoyang menggesek gesekin meskipun tetep terhalang jeans gw yang terasa menyiksa dan rok dia, akhirnya kami sampe di halte dan 3 perjalanan kami memasuki kamar kost denga kecapean, Ling An langsung masuk kamar mandi katanya kebelet pipis

“haduuhh….ben loe tanggung jawab kudu mijitin gwa, capek banget”
“iya ntar gw pijitin kak tenan aja, pake plus deh”

“beneran loe Ben gw mandi dulu” setelah Ling An keluar dari kamar mandi kak Fayra langsung masuk buat mandi gw ngobrol lagi sama Ling An sambil ngerokok dan ternyata dia juga ngerokok, gw bingung banget pas ngobrol soalnya Ling An Cuma pake celana pendek banget hot pan yang duduk ngangkak jadi keliatan banget belahan memeknya kebayang atasannya dia pake tang top nggak pake bra

“Ling sory aku kamu nggak pake celana dalam ya?”
“aku kalo mau tidur Cuma pake seperti ini ben”
“tapi disini kan ada aku Ling aku nggak kuat ngeliat belahan memek seperti itu” gw blak blakan karna emang udah bawaan gwa
“hie hi, pegang aja kalo berani sama kakak kamu” dia Cuma ketawa dan nantangin gwa, dan karna gw tau kalo kakak ipar gw mandinya lama nekat gw elus itu meki dari luar celananya
“ihhh Ben yes..!” ternyata yg selama ini gw liat di film bokef beneran cewek Cina baru di senggol aja dah ngerintih tapi gw Cuma berani ngelus aja soalnya takut kakak ipar gw keburu udahan mandinya

Untung aja waktu itu gw cuma ngelus elus mexy si Ling An meskipun udah kerasa basah dan pasti nggak bakalan nolak kalo gw colok mexynya pake kontol gwa, lagi asik gw ngelus mexynya Ling An dan Ling An dan ngelus kontol gw sendiri kakak ipar gw selesai mandi

“Ok Ling aku mandi dulu nanti kita ngobrol lagi” gw langsung cepet narik tangan gw dan mengalihkan konsentrasi si Ling An biar kakak ipar gw nggak curiga, keliatan Ling An kecewa karna ngegantung, gw langsung masuk kamar mandi
“Ling udah tidur kak?”Gwa keluar dari kamar mandi gw liat si Ling An dah tidur
“Kecapean kali dia jalan seharian” sementara kakak ipar gw kayak kemarin malem pake tang top dan celana pendek tiduran tengkurep jadi keliatan pantatnya bulet banget
“Kak gw tidur di sofa aja deh, kasian Ling kalo loe ikutan tidur sekasur sama dia”
“Ya udah kalo gitu tapi jangan lupa loe!”
“Ya udah sini, handbodynya mana?” Dia bangun ngambil handbody dan balik lagi tiduran

Gwa mulai mijitin kakinya sampe paha, ternyata beneran otot2 kakak ipar gw sampe kenceng semua kecapean, kebetulan gw ngerti semua titik urat2 syaraf pas dulu waktu latihan silat, tujuannya banyak, mulai dari penyembuhan beberapa penyakit sampe titik2 syaraf yg mematikan

“Badannya juga nggak kak?”
“Iya lah capek banget gwa”
“Ya udah di buka dong kaosnya” Dia langsung buka kaosnya dan balik tengkurep, gw langsung ngasih handbody ke punggunggya dan mengurutnya

Ngeliat punggungnya yg mulus dan tali g-stringnya gw konak lagi padahal barusan di kamar mandi gw sempet coly ngebayangin ngentotin si Ling An, gw pun mengurut urut titik syaraf yang bikin dia horny di sekitar pinggulnya, setelah gw pasti dia horny gw beraniin mijitin pantatnya

“Kak gw mijitin loe jadi konak nih! gw pinjem pantat loe lagi kayak di bis tadi ya?”
“Dari luar aja Ben jangan di buka ntar keterusan”
“Iya kak beres” gw langsung buka celana pendek gw tanpa dia tau dan cuma pake cd gw naiki pantatnya gw duduk di paha bawah pantatnya sambil terus gw pijit punggungnya mengarah nurunin celananya sambil gw sodok2 kontol gw ke selangkangannya
“Kak gw dah konak banget ini boleh nggak di jepitin ke belahan pantat kakak?”

“Jangan Ben ntar loe keterusan” gw tau dia sebetulnya juga mau lebih tapi jaga gengsi atau gimana gw nggak tau jelas, soalnya gw sambil mijitin punggung udah berhasil nurunin celananya sampe belahan pantatnya keliatan dan udah tentu dengan pura pura gw mijitin pake handbody

“Ngnggak deh kak gw janji lagian masak gw kurang ajar sama kakak ipar sih! Ya kak ya kontol gw dijepit di sini ya?” gw ngomong gitu sambil ngelusin belahan pantatnya
“Cd nya nggak usah di buka kak celana ini aja ya?” gw terus ngerangsang dia sambil memohon demi kenikmatan liang surga dunia, toh dianya juga gw yakin dah horny soalnya kontol gw gwa sodok sodokin terus terusan ke selangkangannya

Akhirnya dia ngangkat sedikit pas gw nurunin celana pendeknya dan gw nggak mau tanggung lagi gw lepasin celananya total dan dengan cepat juga gw lepas cd gwadia tengkurep Cuma tinggal pake G-string warna biru yang kalo di liat dari belakang udah kayak bugil soalnya model G-String bagian belakang Cuma semacem tali yg nyelip ke belahan pantatnya, dan pada bagian yang nutupin lubang memeknya lebarnya Cuma seukuran 3 jari

“okhhh kak anget banget pantat kakak” gw langsung ngegesek batang kontol gw ke belahan pantatnya sambil terus gw pijitin dia, tapi pijitan gw tujuannya ngerangsang dia
“Ben..!” dia berusaha nggak ngeluarin suara karna gw ngawasin dia ngegigit bibirnya apalagi pas gw mijitin lengan sampe ke keteknya dan udah barang tentu toket bagian samping ikutan gw pencet

Konsentarsi dia gw pindahin pas dia gw pijitin bagian atas gw berusaha ngerenggangin selangkangannya, yang tadinya gw yang ngangkangin dia sekarang gw udah berhasil memposisikan di dalem di antar pahanya dan posisi itu dia udah ngebuka pahanya lebar jadi gw udah bisa ngegesek gesek kontol gw di memeknya meskipun masih ketutupan g-stringnya
Gwa terus meningkatkan serangan sekarang gw dah mulai nyodok nyodok mexynya meskipun masih kehalang G-stringnya, tapi gw dah bisa ngerasain kalo yg gw dorong itu pas di lobangnya dan gw ngerasain udah basah

“Ekhhh Ben sialan loe bikin guwwwa ikutan horny” akhirnya dia nnggaku kalo horny juga
“Buka aja ya kak cdnya” sambil terus gw sodok sodok mexynya dan dari samping penutup mexynya sedikit sedikit udah gw geser

“Jangan Ben kita nggak boleh”padahal posisi palkon gw udah nyelip keluar masuk di lubang memeknya yang udah banjir tinggal dorong lebih dalem lagi aja, tapi terlanjur kakak ipar gw sadar langsung bangun duduk ngadep gw udah nggak pake malu lagi toketnya keliatan nantangin buat di remes pentilnya nantangin minta di isep

“Kak pleash ya gesekin aja deh sampe gw keluar, nggak usah di masukin beneran!” gw yang udang kentang ngerayu gimana caranya dia mau nerusin sampe gw bisa crot
“Kita udah kelewatan ben!”
“Kitakan bukan sedarah kak! Gini deh, kakak di atas biar bisa ngontrol ngegesekin biar nggak masuk ya kak ya pleash”
akhirnya pas gw tarik dia buat nindihin gw dia nggak nolak dan kayak kena strum kontol gw anget banget kegencet mexynya yang udah basah
“Okhhhh kak thanks banget..” gw rangkul dia dan udah gw ciumin toketnya dan gw isep pentilnya
“Hmmm benn ahhhh” dia juga mendesis kayak uler, tapi baru lima menit gw di gesekin bibir memeknya tanpa di masukin gw udah crot
“Kakk okhhh gw kak gwhaa akhhhhh” crecet cret cret

gwa yg udah ngecrot masih di gesekin dia dan nggak sampe semenit gw juga ngerasain kalo kontol gw makin basah kesiram mexynya

“Ben gw juga keluar ampe lemes nih” makasih ya kak, gw ke kamar mandi buat nyuci peju gw yg nyemprot ke perut trus gantian kak Fayra dan kita akhirnya tidur dia di kasur gw di sofa

Gwa masih nyesel sama diri gw sendiri, kenapa cuma segitu aja gw udah crot, padahal biasanya gw bisa kuat 2 jam
Tapi ya emang udah lebih sejam lebih mulai dari gw nangkring di atas pantatnya yang bahenol itu..
Sekitar subuh gw yg masih ngantuk banget kebangun soalnya ngerasain ada yang anget2 basah di kontol gwa, dan pas gw buka mata kakak ipar gw lagi ngemut palkon gw yang masih setengah ngaceng

Gwa tetep nggak negur dia dan tetep pura pura tidur tapi kontol gw langsung seratus persen ngaceng soalnya dia biar udah make tang topnya tapi G-stringnya cuma di kesampingin, tangan yg satu ngeblowjob gw yang satunya ngucek ucek itilnya sesekali gw liat dia nyolok memeknya pake jari

“Ehhhmmm emmm” kurang lebih gitu suaranya dia pas kontol gw keluar masuk mulutnya, sementara gw nahan erangan gw dengan pura pura ngorok tapi mata gw melek dan tetep pura2 merem pas kakak ipar gw ngelirik, nggak tau pasti udah berapa lama kakak ipar gw ngeblow job gw sampe akhirnya dia naik ke atas selangkangan gw dan ngegesek gesekin kontol gw kayak tadi

Posisi dia ngebelakangin gw jadi waktu itu gw udah aman ngebuka mata! Dan pas dia asik ngegesekin kontol gw ke memeknya gw ngatur posisi biar kontol gw bisa masuk ke memek, sementara dia terus ngegesek dan udah sambil ngeremes toketnya bikin gw tambah nggak kuat akhirnya gw nggak tahan juga gw pegang pinggangnya dan sedikit demi sedikit gw angkat dia sampe akhirnya

“akhhhhkkkk kok masuk”
“ekhhhhmmmasuk ya kak nggak papa koknikmati aja okhhhh” dia sedikit kaget tapi akhirnya dengan bantuan gw yg megangin pinggangnya dia mulai goyang lagi dan setelah lancar dia goyang gw udah ngeremesin toketnya yang wah mantep banget
“aduhhhh ekhhhh Ben enak banget kontol loe ekhhhhh”

“kakak juga enak bangheettt kkhaaakkk okhhhhh yes” akhirnya udah nggak pake malu malu lagi dia gw entotin sampe ganti ganti posisi dan akhirnya pas posisi wot tapi dia udah ngadep ke gwa, gw ngerasa ada cairan yang anget banget nyembur di dalem memeknya dia neken dalem dalem kontol gw dan waktu gw udah nggak tahan memeknya kayak ngurut urut kontol gw dan nyedot nyedot dahsyat sampe

“aaaaaaaaakkkkkkkkkkhhhhhhhhhhh kakak ggwwaaaa sampheeee crocot crot crot” mani gw nyemprot dalem banget sampe dia kaget dan gw ngerasain dia nyemprot lagi
“bhennnnnn ekkkhhhhhh gila enak banghet okhhhhhh” dia ambruk di atas badan gw yang telanjang dan gw biarin dia menikmati sisa sisa orgasmenya

pas gw ngelirik jam ternyata udah jam 5 gw suruh dia balik ke kasurnya takut kalo Ling An bangun nggak enak

“ben tadi kok di keluarin di dalem sih? Aku kan nggak pake pengaman”
“waduh kak gw udah nggak bisa nahan banget soalnya memek kakak nyedot nyedot enak banget, trus gimana dong”
“kalo gw hamil loe tanggung jawab haru..!”
“nah kan kakak yang mulai duluan!”
“iya tapi loe yang bikin gw sange tadi pas mijitin gwa”
“udah sana kalo gitu cebok di semprot dalemnya pake shower” gw anggak panik tapi gw masih sempet ngeremes pantatnya pas dia jalan ke kamar mandi. gw balik ke sofa tidur tiduran lagi

sementara Ling An masih enak banget tidurnya nggak lama kakak ipar gw keluar kamar mandi

“gila Ben mani loe banyak banget”
“pantesan sampe gw keluar lagi loe semprot” enak ya kak? Dia Cuma nyengir sambil ngedorong jidat gwa
“enak tapi kalo gw hamil gimana?”
“tenang kak gw tau nama obatnya besok beli aja di apotik langsung minum aja beres”
“wah loe berarti pengalaman banget ya mainin cewek? Kurang ajar loe! Adek gw kurang apa? Sampe kakak ipar loe embat juga”
“yey… bukannya kakak ipar yang ngembat adik ipar wkwkwkwkwkkkkk”
“ihhh rese loe dasar” dia nyubitin gw dan kita becanda sampe akhirnya Ling An bangun
“sory Ling An keganggu kakak adik lagi becanda”
“tidak papa jam berapa sekarang?” Ling An nanya sambil jalan ke kamar mandi dan kakak ipar gw ngejawab pake bahasa canton, sementara Ling An di dalem kamar mandi gw ngajak Fayra cipokan dia ganas banget mungkin karna udah 4 tahun ini dia ngejanda
“kak bikinin kopi dong gw capek abis menservice loe”
“ehh udah berani kurang ajar sekarang ya nyuruh nyuruh” dia protes tapi bercanda, pas sama si Ling An keluar kamar mandi
“waduh kopinya abis Ben gw keluar dulu deh beli, tapi ntar malem kudu nyervis gw lagi ya”
“mau berapa kali ayo aja neng”
“hey apa yang rusak fayre..? “ tiba tiba Ling An nyeletuk
“itu Ling tas kak Fay rusak padahal mau buat bawa pakaian pulang ke indonesia” Ling An manggut manggut kayak burung perkutut

gwa di tinggal sama kak Fayra berdua sama Ling An pagi pagi gini baru bangun tidur juga tuh mata si Cina tambah nggak keliatan kita ngobrol dan udah bisa di tebak dia protes soal semalem akhirnya buat nebus yang semalem gw langsung sosor dia yang nggak nolak sama sekali pas bibirnya gw lumat dia jago banget mainin lidah dan nggak pake lama takut keburu kak Fay dateng lagi gw langsung prosotin celananya dan gw jilmek gw kelitikin tuh itilnya sebab gw penasaran juga kayak gimana memek orang asli kulit putih dan ternyata beneran merah banget dalemnya

“ihhhhikkkkk ekhhhhhh” dia ngerintih kayak kuda betina persis banget kayak di film bokef makin bikin gw tambah ngaceng aja

Ternyata Ling An menikmati banget sambil memilin kedua putingnya sendiri.
Gwa masukin lidah gw ke memeknya dan jari kiri mainin itilnya, dia kelojotan dengan apa yang gw lakuin, Ga bertahan lama pahanya menjepit kepala gw dan membuat gw susah bernafas. gw tau dia mau orgasme dan gw isep itilnya dengan kuat dan secara bersamaan dia melungguh panjang

” ooohhhhhh bennnnnnnn aku keluaarrrr..” cairan hangat perlahan merembes yang menandakan dia orgasme, dia bersandar di sofa dengan kaki mennggakang dengan wajah lemas.
“udah ya Ling nanti kita lanjut lagi takuk kak Fayra dateng” dia mengerLingkan matanya yg tambah sipit dan ngajak gw cipokan sebentar, jujur aja gw kentang banget gan tapi takut keburu kakak ipar dateng

Minggu pagi di Macau rame orang orang pada jalan jalan sementara gw lemes banget, kurang tidur dan abis crot banyak banget, setelah nganter kak Fay ke apotik buat beli obat yang gw tau buat membunuh sperma biar nggak jadi anak kita bertiga langsung jalan2 ke tempat rekreasi, gw ngajak kakak ipar gw sama link an mengunjungi Objek wisata bersejarah di Macau yang terletak di dalam kota dan terdiri dari delapan square, yaitu Barra Square, Lilau Square, St. Augustine’s Square, Senado Square, Cathedral Square, St. Dominic’s Square, Company of Jesus Square, dan Comoes Square.

Di delapan square tersebut kita bisa lihat berbagai macam bangunan bersejarah, salah satunya Kuil A-Ma. Kuil A-Ma dulu merupakan tempat peribadatan. Ketika orang Portugis pertama kali mendarat di Macau, daerah tersebut dijadikan tempat penampungan bagi mereka. Bangunannya terdiri atas banyak ruangan untuk berdoa, paviliun, dan di sekitarnya terdapat halaman luas. Kuil ini dibangun di bukit berbatu dan di halamannya terdapat banyak jalan menuju taman-taman mini yang indah.

Pada gerbang memasuki wilayah Kuil A-Ma terdapat sebuah batu besar yang di atasnya terdapat sampan tradisional yang sudah berumur lebih dari 400 tahun. Kuil ini juga katanya memberikan berkah kapada yang datang. Konon, menurut legenda Cina, dengan menyentuh puncak gerbang berbentuk bulan yang berada di atas bukit akan membawa keberuntungan dalam hal percintaan.

Dan mungkin sebab itu juga si Ling An ngajak gw ke situ

Kita jalan sampe sore nggak lupa mampir makan dan beli cemilan, bir dan vodka sampe di kost setelah gantian mandi gw ngemix bir vodka + gw kasih capucino sambil nonton tv duduk di sofa bertiga kita nyemil sambil minum vodka yg di mulut rasanya enak tapi langsung bikin tepar kakak ipar gw dan Ling An, sementara gw yg udah biasa minum racikan gw yg begituan masih sadar sampe si Ling An jalan ke kamar mandi sempoyongan dan gw denger dia muntah

Dia keluar kamar mandi masih sempoyongan sementara kakak ipar gw dah tepar gw langsung paranin si Ling An dan pas gw ajak cipokan dia nggak nolak langsung pasrah ngegeletak di atas kasurnya

“Ekhhh muachhhh”mulut kita cipokan tangan gw ngeremesin toketnya yang gedenya sama ama kakak ipar gw pelan lembut gw terus ngeremesin toketnya sambil terus cipokan dan pelan gw langsung gantian ngemut pentilnya yg kecil merah sambil mulai ngeraba selangkangannya yang ternyata basah, gw nggak pake lama langsung prosotin celananya dan gw mainin itilnya, sesekali gw colok lobang mexynya pake jari sementara gw masih tetep ngelumat bibirnya biar dia nggak berisik
Mungkin karna nggak tahan dia akhirnya melorotin celana gw dan ngocokin konti gwa, sentuhan tangannya yg lembut bikin gw nggak tahan pengen cepet ngerasain lobang mexynya, gw lepasin celana gw dan langsung gw suruh dia nungging
Pelan gw mulai masukin palkon gw ke bibir memeknya yang botak dan basah

“Ihhhh…” Dia ngeringik waktu palkon gw keluar masuk di bibir mexy dan
“Okhhhhhhh ekkkkkhhhhhhh”
“Iyaaaahhhhhh yaaahhhhh ikhhhhh” gw langsung tancep sedalaem mungkin kontol gw ke dalem memeknya

“Akhhhhhhhh Ben sakit” gw ngerasain ada yang mentok dan sobek pas gw dorong kontol gw dan lobang memeknya ngejepit kenceng banget, gw diemin beberapa saat dan gw cipok lagi dia pas gw ngerasain otot2 mexynya udah relax gw tarik kontol gw pelan dan saat itu gw penasaran dan gw liat ternyata bener yg gw rasain, Ling An masih perawan, gw mulai deh goyang maju mundur pelan, Ling An juga udah mulai keenakan ngerasain gesekan konti gwa

“Ikkkkhhhh yaaa ekhhhhh”
“Okhhhh goood Ling aaannn okhhhh” gw terus genjot sampe lupa berapa kali ganti posisi waktu itu, yang gw inget gw nembakin mani gw pas posisi dia telentang dan gw masukin konti gw dalem banget
“Okhhhhh Ling crot crotttt crococot…” Kamipun tertidur berpelukan

Sebelum subuh gw kebangun karna ngebet pengen kencing, gw langsung masuk kamar mandi setelah gw nutupin badan Ling An pake selimut, selesai gw langsung tidur lagi di sofa sampe jam 7 senin pagi itu gw di bangunin sama kakak ipar

“ben udah siang loe katanya mau ke Cina lagi cari dagangan..?”
“eakhhhh jam berapa kak?”sambil gw ngintip jam dan ternyata jam 7 gw duduk di sofa dan kakak ipar gw ternyata juga baru bangun langsung bangunin gw , dia jalan ke kamar mandi

gwa ngebangunin Ling An dan untung aja gw bangunin soalnya dia masih nggak pake cd abis kita ngentot semalem, buru2 dia gw suruh pake cd dan gw suruh dia ngumpetin spreinya yang ada darah perawannya karna gw takut kakak ipar gw liat
gwa langsung bikin kopi langsung 3 gelas sekalian ngebikinin wanita wanita yang sudah rela menggaruk batang konti gwa

“kak hari ini gw terakhir cari dagangan dan besok balik ke indonesia, loe jadi barengkan?”
“he eh iya jadi, Ling kamu jadi ikut kan”
“eh ngomong ngomong keluar udah pake anduk gitu emang udah sekalianmandi tuh tadi..?”
“belum Cuma siap2 aja”
“jadi besok kita berangkatnya?”sambil ngopi ngobrol bertiga Ling An tanya
“aku belum jadi beli ticket, di sini kita nggak bisa langsung beli ticket trus berangkat, kita harus boking dulu!”
“iya Ben bener juga tuh kata Ling An”
“ohh gitu, ya udah kalo gitu kita beli ticket dulu baru kita jalan cari dagangan”
“sip kalo gitu ya udah kamu mandi duluan sana Ling nanti gantian aku”kak Fay nyuruh Ling An mandi

Sementara dia malah narik gw

“loe masih punya utang sama gw ben..! ayo buruan”dia narik gw buat nindihin dia di atas sofa tangannya langsung masuk ke celana gw ngeremes konti gw yg masih tidur, sementara bibir kami saLing melumat, gw akhirnya juga gerak cepat langsung aja gw remes toketnya yang emang mantep buat di remes meskipun tanpa ngelepas tangtopnya dan nggak pake lama konti gw udah tegang dan juga ternyata di balik handuk kakak ipar gw dia juga udah nggak pake cd dan lainnya, dia pake anduk Cuma buat nutupin

“persiapannya sempurna kak”
“udah dong cepetan nggak tahan nih pengen di entot elo”
Akhirnya dengan Cuma nurunin celana gw sedikit gw masukin konti gw ke memeknya yang emang udah langsung basah
“ekkkkhhhh Ben enak banget oekhhhhhhhhhhhhhhh”

“sarapan ennnnaaaaaakkkkk kakkk” gw langsung genjot pake posisi misionaris sementara dia ngegigit bibirnya buat nahan suaranya, main gerak cepat ternyata kadang2 asik juga, 15 menit gw genjot kakak ipar gw di pagi yang cerah itu dan dia akhirnya nyampe karna gw ngerasain otot2 mexinya kedut2 dan ada yang nyemprot bikin mexynya makin anget

“nungging kak..!” dia nurutin apa yg gw mau tapi baru aja palkon gw masuk suara konci pintu kamar mandi bunyi gw buru2 naikin celana gw dan anduk kakak ipar gw di rapiin sambil ikutan duduk di sebelah gwa
“haduh kentang deh gwa..!”
“jiakakakakakakakkkkkakakkaka” kakak ipar gw ketawa denger gw ngeluh
“yahh parah nih…” Ling An keluar kamar mandi nggak ngerti gw sama ipar gw lagi ngobrol apa Cuma diem
“Ling nanti kita berangkat jam 9 gimana kalo sekarang kamu tolong belikan makanan buat sarapan buat menghemat waktu, sementara aku mandi dan nanti gantian beny mandi” kakak ipar gw akhirnya minta tolong Ling An dapet aja dia alesan buat melengkapi kebutuhan mexinya
“ok Fay kalo gitu aku berangkat dulu”
“pake uangmu dulu ya Ling nanti aku ganti” Ling An Cuma ngasih jempol sambil dia nyisir rambutnya dan kakak ipar gw masuk ke kamar mandi

5 menit kemudian Ling An dah berangkat sambil sebelumnya pas mau keluar kamar ngajak gw cipokan sebentar, gw langsung ngetuk kamar mandi kakak ipr gw ngelongok

“apa ben..? Ling An dah berangkat”
“iya udah mana gw ikutan mandi sambil nerusin yang tadi” gw langsung dorong pintu kamar mandi dan ternyata kakak ipar gw badannya dah penuh sabun, ngeliat tubuh bugilnya konti gw yg sempet lemes langsung bangun sempurna, gw langsung buka celana dan gw peluk dia dari belakang dan lagi2 gw gesekin batang konti gw di belahan pantatnya sambil dia nyiramin badannya ngebilas sabun sementara gw remes2 toketnya dari belakang.

Setelah badannya bersih dari sabun dia ngangkat satu kakinya di taroh di atas closet dan dia nuntun palkon gw ke bibir mexynya tentunya langsung gw dorong sampe amblas semuanya batang gw nggak pake nunggu lama dan nggak pake di suruh

“Ekkkkhhhh Ben sedddhaaaapppp”
“Enak ka..?” gw genjot dia sambil nungging
“Bannnnggetttttt Ben ekhhhhhh” posisi dogy emang gaya yang paLing gw suka soalnya bisa sambil ngeremes toket dari belakang dan ngeliat bulatan pantat yang bulet

Gwa terus ngenjot konti gw sampe gw ngerasain dia nyampe lagi

“Bennnnniiiii aaakkkkkkkhhhhhh gwhaaaa nyamphe lagiiiiii” gw masih belum ngerasa mau nembak akhirnya gw cabut konti gw dan gw duduk di atas closed dia ngerti banget dan langsung naik ke pangkuan gw dan dengan ganas dia ngelumat bibir gw sambil ngegenjot mexynya sampe dia kejang kejang dan toketnya di teken ke muka gwa

Langsung gw isep sekenceng mungkin pentil toketnya

“Bennnn aaakkkkkhhhhhhhh akkhhhhhhkkk” rupanyanya dia orgasme dahsyat
“Ben sakit kekencengan loe nyedot pentil gwa” dia protes sambil megangin pentil teteknya yang tadi gw isep
“Tapi enak kan kak?”
“Loe masih lama ya ben? gw dah lemes banget nih”
“Bentar lagi kak nungging lagi ya” diapun nungging lagi dan gw colok lagi mexynya dan gw langsung genjot pake speed yang lumayan sampe gw udah ngerasa mani gw dah di ujung tapi keduluan kakak ipar gwa
“Aduuuuhhhh oooookkkhhhhhh bennnnn” gw nggak perduli lagi soalnya gw juga dah mau keluar dan nggak sampe satu detik

gw akhirnya nembakin peju gw sedalem dalemnya ke memeknya dan waktu itu gw inget banget pas gw nyemprotin mani gw gwa colok lobang pantatnya pake jari gw jadinya reflex lobang mexynya ngempot ngempot nyedot kontol gw rasanya sangat luar biasa, sampe kayak di kuras isi kontol gwa

“Okkkkkhhhhhhhhh kakakkkkkkkkkk mantapppp”
“Ahhhhkkkkkkkkkkhhhhhhhh enaaaaakkkkk bangettttttt bennnnnn” rupanya di sembur peju dia masih nyampe lagi akhinya dia ambruk di pangkuan gw sementara kontol gw masih nancep di mexynya, sambil ngatur nafas yg ngos2an
“Gimana kak udah puas..?”
“Ikhhhh”
“Aduh..” Dia nyubit perut gw dan kita ketawa lemes dan akhirnya kita mandi bareng sambil nyabunin masing2 badan sampe keluar kamar mandi bareng, gw langsung salin sementara dia malah duduk di kasur
“Woiiii malah bengong bukan pake baju buruan, apa mau lagi?”
“Lemes banget Ben dengkul gw kayak nggak kuat berdiri”
“Ha ha ha ha” gw ketawain dia

Akhirnya setelah Ling An dateng kita bertiga ke bandara beli tiket Fayra dan Ling An, kalo tiket gw udah paketan PP dari indonesia tempo hari dan kita langsung ke Cina buat nganter gw ke wilayah home industri terbesar, sampe bingung gw milih dagangan di Cina sebab semuanya layak di jual dan sangat menjanjikan keuntungan

Akhirnya sampe malem kita baru sampe di kost setelah mampir makan malem kita langsung rapi2 barang karna besok pesawat ke indonesia berangat jam 10 dari Macau ke indonesia

Kami langsung tertidur buat persiapan penerbangan sekitar 5 jam besok